JATIMTIMES – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik terus memantapkan langkah percepatan eliminasi Tuberculosis (TBC) melalui kolaborasi lintas sektor. Bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik, Dinkes menggelar Seminar Kesehatan bertema “Jaga Diri, Jaga Lingkungan: Waspadai TBC Sebelum Menyebar” di GNI, Selasa 9 Desember 2025.
Acara dihadiri Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Kepala Dinkes Mukhibatul Khusnah, para kepala puskesmas, dan perwakilan pondok pesantren se- Kabupaten Gresik.
Baca Juga : Minum Jahe Sebelum Tidur, Efeknya Bikin Kaget! Ternyata Manfaatnya Sebanyak Ini
Ketua PWI Gresik Deni Ali Setiono menegaskan pentingnya peran pers dalam edukasi publik terkait TBC yang dinilai tidak mencolok namun berbahaya. Ia menyebut kolaborasi PWI dan Dinkes sudah terjalin lama dan kembali diperkuat lewat seminar ini.
"Sepanjang tahun 2025 ada 2.740 kasus TBC di Gresik. Tahun 2028 kami berkolaborasi menuntaskan zero TBC," kata Deni Ali Setiono.
Kepala Dinkes Mukhibatul Khusnah menyampaikan, percepatan eliminasi TBC di Gresik sejalan dengan program prioritas Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. Target nasional eliminasi TBC ditetapkan tahun 2030, namun Gresik menargetkan 2028 sesuai Perbup.
Untuk mencapai target tersebut, angka sebaran TBC harus ditekan menjadi 65 kasus per 100 ribu penduduk, dari posisi saat ini yang masih 199 kasus per 100 ribu penduduk. Upaya percepatan dilakukan melalui temuan kasus sedini mungkin, integrasi skrining TBC dengan skrining stunting dan diabetes, serta optimalisasi 10 puskesmas yang sudah mampu melakukan Tes Cepat Molekuler (TCM).
"Semua layanan mulai pemeriksaan, pendampingan hingga pengobatan gratis. Minimal 90 persen pasien yang ditemukan harus diobati dan angka kematian harus turun drastis," jelasnya.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengapresiasi sinergi Dinkes dan PWI dalam menangani TBC. Ia mendorong kegiatan lapangan, termasuk sosialisasi dan skrining di pondok pesantren.
Baca Juga : Sekda Budiar Serahkan SK Pensiun 65 ASN Pemkab Malang, Tekankan Semangat Berkarya
Menurutnya, lingkungan tempat tinggal maupun belajar harus diperhatikan, terutama kelembapan, pencahayaan, dan ventilasi untuk menekan risiko penularan.
Ia juga meminta masyarakat segera melapor jika menemukan kasus TBC, serta menjalankan pola hidup bersih dan sehat tanpa memberikan stigma kepada penderita.
"Harapannya tidak ada diskriminasi di masyarakat. Memang TBC penyakit menular, tapi yang perlu digarisbawahi bahwa TBC bisa sembuh," pungkasnya.
