JATIMTIMES – Baru-baru ini viral sebuah unggahan di media sosial milik akun Instagram @andy.kiris yang membahas pola makan untuk menurunkan berat badan. Dalam video tersebut, Andy menyebut dirinya berhasil sembuh dari obesitas bukan karena makanan kukusan, tetapi lantaran mengonsumsi lebih banyak protein hewani.
Dalam unggahannya, Andy memperlihatkan contoh makanan kukus seperti jagung, singkong, ubi, hingga pisang. Ia lalu membandingkannya dengan menu yang ia konsumsi selama proses diet, yaitu telur rebus dan daging. “Bukan makanan seperti ini yang bikin gue sembuh dari obesitas, tapi ini, protein hewani inilah yang sebenarnya lebih dibutuhkan tubuh,” kata Andy.
Baca Juga : Minum Jahe Sebelum Tidur, Efeknya Bikin Kaget! Ternyata Manfaatnya Sebanyak Ini
“Bikin energi tubuh meroket, bikin mood loe bagus sepanjang hari, gak mudah lelah, ga mudah ngantuk, dan bikin loe jadi gak mengidam makanan apapun seharian,” tambahnya.
Pernyataan Andy itu pun ramai menuai respons publik, termasuk dari pakar kesehatan. Diketahui, Andy berhasil diet dengan menjaga pola makan dan olahraga. Dari berat badan Andy 105 kg berhasil turun hingga 76, dengan tinggi badan 171 cm.
Certified Nutrition & Health Coach yang juga dokter umum, dr Dion Haryadi, ikut menanggapi pernyataan viral tersebut. Ia mengapresiasi pesan mengenai pentingnya protein, namun menekankan bahwa tubuh tetap membutuhkan sumber gizi lain. “Saya izin meluruskan ya, tapi gak gitu juga sih, apa ya ini yang namanya ya,” buka Dion.
Ia mengatakan makan kukusan saja tidak bisa dianggap pola makan sehat. “Kalau makan kukusan doang ya sebenarnya gak sehat. Kukusan seperti ini termasuk sebagai karbohidrat dan tidak mengandung protein dan lemak yang cukup, jadi ya kamu gak bisa makan ini saja dan merasa bahwa kamu sudah makan dengan sehat,” jelasnya.
Dion menambahkan bahwa pengkotak-kotakan makanan menjadi “sehat” atau “junk food” justru bisa menyesatkan. “Orang-orang bisa berpikir bahwa dengan makan ini saja sudah sehat padahal ya enggak. Bisa juga mikir karena ini makanan yang sehat maka boleh dimakan sebanyak mungkin yang tentunya juga gak boleh dimakan seenak jidat.” jelasnya.
Meski begitu, ia memahami banyak komentar publik yang menilai kukusan tetap lebih baik dibanding makanan olahan atau seblak. “Setuju, kalau dibandingin head to head jika dikonsumsi dengan porsi yang tepat, kukusan bisa jadi pilihan yang lebih baik. Tapi gak ada salahnya juga makan UPF atau seblak-sebelakan selama itu bukan makanan yang kamu prioritasin dan kamu beneran cuma makan itu sesekali.” ujar dr. Dion.
Baca Juga : Resmi Jadi Hidangan Terlezat Dunia 2025, Ini 7 Tempat Sate Kambing Terbaik di Batu dan Malang
Terkait klaim soal protein, dr. Dion membenarkan bahwa nutrisi tersebut memang harus diprioritaskan. “Protein itu memang harus lebih diprioritaskan karena secara kebiasaan di masyarakat kecukupan konsumsinya memang kurang. Protein juga lebih bermanfaat untuk sintesis masa otot untuk metabolisme tubuh juga,” jelas dr. Dion.
Namun, dirinya menegaskan bahwa protein bukan satu-satunya kebutuhan tubuh. “Kamu tetap butuh karbohidrat, kamu tetap butuh lemak. Ujung-ujungnya kembali lagi ke porsi dan frekuensi,” katanya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pola hidup yang menyeluruh. “Ingat satu salad gak akan bikin kamu sehat, begitu juga sebaliknya satu seblak gak akan bikin kamu sakit. Sehat atau tidak itu lebih banyak ditentukan dari pola makanmu secara keseluruhan,” ujarnya.
“Bagaimana kamu bergerak, apakah kamu latihan fisik rutin, gimana tidurmu, manajemen stres, dan seterusnya. Oke semoga bermanfaat,” tutup dr Dion.
