JATIMTIMES - Suara rebana yang dimainkan grup albanjari siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Kota Malang mengawali peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H, Kamis, (4/9/2025). Lantunan shalawat bergema di Masjid An Nahdh MIN 2 Kota Malang, menciptakan suasana hangat yang tak hanya sekadar perayaan, tetapi juga ruang pembelajaran tentang nilai hidup yang diwariskan Nabi.
Kepala MIN 2 Kota Malang, Nanang Sukmawan, S.Pd, M.Pd.I, dalam sambutannya menekankan bahwa peringatan Maulid bukan hanya agenda seremonial. Lebih dari itu, acara ini menjadi momentum menanamkan nilai-nilai luhur Rasulullah kepada peserta didik. Empat sifat utama Nabi yakni Shiddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan kebenaran), dan Fathanah (cerdas) menjadi fokus utama yang ia tekankan kepada siswa.
Baca Juga : Kehidupan Sehari-hari di Keraton: Hamengkubuwana I dan Abdi Dalem
“Keempat sifat Nabi ini adalah bekal hidup yang sangat penting. Rasulullah jujur, bisa dipercaya, selalu menyampaikan kebenaran, dan cerdas. Meski beliau seorang yatim piatu dan tidak pernah mengenyam pendidikan formal seperti kita, kecerdasannya luar biasa. Itu yang harus kita jadikan teladan,” kata Nanang dengan penuh penekanan saat diwawancarai.

Dalam tausiyah yang dibawakan Muhammad Imam Shafi’i, para siswa diajak merenungkan betapa empat sifat Rasulullah bukan sekadar kata-kata, melainkan sikap nyata yang harus hidup dalam keseharian.
Shiddiq (jujur), misalnya, menjadi sifat dasar yang seharusnya membentuk perilaku siswa dalam keseharian, baik saat mengerjakan ujian, berbicara dengan guru, maupun saat bergaul dengan teman. “Kalau anak-anak belajar jujur sejak kecil, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah goyah oleh godaan apa pun,” ucap Nanang.
Kemudian, Amanah (dapat dipercaya) ditanamkan agar anak-anak terbiasa menjaga tanggung jawab, sekecil apa pun. Mulai dari hal sederhana, seperti mengerjakan tugas sekolah tepat waktu atau menjaga barang milik bersama. “Sifat amanah ini penting, supaya anak-anak tidak hanya pandai berkata, tapi juga bisa diandalkan tindakannya,” lanjutnya.
Selanjutnya, Tabligh (menyampaikan kebenaran) menjadi pengingat bahwa setiap siswa punya kewajiban menyebarkan hal baik. Dalam dunia digital yang penuh informasi simpang siur, kemampuan untuk berani menyampaikan kebenaran sekaligus menolak kebohongan adalah karakter yang harus dibangun sejak dini.
Sementara itu, Fathanah (cerdas) dimaknai tidak hanya soal kepintaran akademik, tetapi juga kecerdasan dalam bersikap dan mengambil keputusan. Rasulullah menjadi teladan bagaimana kecerdasan emosional, spiritual, dan sosial berpadu membentuk pribadi yang disegani, meskipun beliau tidak pernah bersekolah formal.
Rangkaian acara Maulid yang melibatkan siswa bukanlah tanpa tujuan. Penampilan albanjari, sambutan, hingga tausiyah dirancang untuk melatih keberanian, melibatkan kreativitas, sekaligus menumbuhkan rasa kebersamaan. “Kami ingin anak-anak tidak hanya duduk mendengarkan, tapi juga tampil, berlatih, dan merasakan bahwa mereka adalah bagian dari perayaan ini,” jelas Nanang.
Peringatan Maulid di MIN 2 Malang pun menjadi pengalaman yang membekas bagi siswa. Mereka tidak hanya pulang dengan hafalan shalawat atau catatan ceramah, tetapi juga membawa pulang pesan bahwa empat sifat Nabi adalah pedoman yang bisa dipraktikkan setiap hari di kelas, di rumah, maupun di lingkungan sekitar.
MIN 2 Kota Malang menjadikan momentum ini sebagai langkah awal menuju program pembinaan karakter yang lebih berkesinambungan. Nanang mengungkapkan, setelah Maulid, akan ada kegiatan mentoring bersama tim pusat pada Januari mendatang. Harapannya, nilai yang ditanamkan lewat peringatan ini tidak berhenti di panggung acara, tetapi terus tumbuh dalam keseharian anak-anak.
“Sekarang tantangan generasi muda semakin besar. Kalau anak-anak tidak dibekali dengan kejujuran, amanah, keberanian menyampaikan kebenaran, dan kecerdasan, mereka bisa mudah terseret arus negatif. Empat sifat Nabi inilah yang menjadi kompas hidup mereka,” tegas Nanang.