MALANGTIMES - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat, ada 200 hingga 300 kasus demam berdarah (DBD) melanda Kota Pendidikan ini. Dari kasus tersebut, dua orang diantaranya dilaporkan telah meninggal dunia lantaran DBD.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Malang dr Husnul Muarif menyampaikan, DBD harus tetap diwaspadai selama musim hujan seperti sekarang. Karena kasus tersebut masih ditemui di Kota Malang dalam beberapa periode terakhir.
Baca Juga : Sudah Diwajibkan, Pemerintah Kabupaten Malang Bakal Bagikan 120 Ribu Masker ke Masyarakat
"Awal 2020 ini belum ada laporan DBD, tapi tetap harus diperhatikan karena ini sudah masuk musim hujan," katanya.
Husnul menjelaskan, saat musim hujan masyarakat memang harus meningkatkan kesadaran dalam menjaga kebersihan. Bukan hanya kebersihan rumah pribadi, tapi juga lingkungan untuk mencegah adanya sarang dan tempat perlindungan nyamuk.
Dia menjelaskan, sarang dan perlindungan nyamuk bukan hanya pada genangan air. Tapi juga baju yang digelantungan hingga beberapa tempat yang kotor. Sehingga, dia menyarankan agar membersihkan lingkungan dan mencegah adanya genangan air.
"Dan jangan gantungkan pakaian atau diletakkan sembarangan," terangnya.
Sementara untuk proses atau upaya pencegahan, Husnul menyampaikan jika melalui UPT Puskesmas yang tersebar di 57 kelurahan, akan dilaksanakan pembinaan. Selain itu, masyarakat juga diajak untuk membersihkan lingkungan secara berkala.
"Semoga dengan gerakan-gerakan yang aktif dilakukan, angka DBD dapat ditekan," jelas Husnul.
Baca Juga : Pasien Covid-19 di Jombang Seorang Dokter, Ada 80 Orang Berpotensi Tertular
Lebih jauh dia menyampaikan, saat ini Pemerintah Kota Malang sudah memiliki Gerakan Angkut Sampah Sedimen (GASS). Melalui gerakan tersebut, ia optimis kesadaran masyarakat akan terus meningkat, dan mampu meminimalisir kasus DBD.
"DBD menyerang segala umur. Dari data yang ada, paling banyak menimpa warga Lowokwaru dan Klojen," pungkasnya.