Gerakan Aksi Menuntut Universitas Islam Malang (Geram Unisma), melakukan aksi di pinggiran trotoar Kampus Universitas Islam Malang, Minggu (17/1/2021). Puluhan mahasiswa tersebut menyampaikan lima problematika dan dua tuntutan terhadap pihak kampus.
Achmad Najib Ad Daroin, selaku negosiator dalam aksi tersebut, menjelaskan, jika aksi kali ini adalah sebagai ultimatum bagi pihak Rektorat. Dalam aksi ini, dilatari dari lima permasalahan yang dialami oleh para mahasiswa.
Baca Juga : Ikke Lulusan Terbaik Program Profesi Dokter Unisma, Awalnya Malah Tak Bercita-cita Jadi Dokter
Seperti diketahui, jika sudah hampir setahun pandemi Covid-19 melanda. Seiring waktu berjalan, terdapat beberapa permasalahan, di antaranya di bidang ekonomi dan pendidikan.
Dijelaskannya, problematika yang dialami selama ini, yang pertama adalah, banyaknya orang tua mahasiswa terdampak Covid 19 yang menyebabkan pengurangan pendapatan mereka.
Dalam bidang ekonomi, banyak orang yang terdampak pendapatannya karena berbagai faktor. Ada mereka yang terkena PHK ataupun usahanya harus berhenti karena masa pandemi. Hal itu tak pelak sangat berimbas pada proses dalam pembelajaran para mahasiswa.
Kendati proses pembelajaran berjalan daring, lantaran menjalankan protokol kesehatan, namun bukan berarti biaya atau cost dalam pembelajaran daring tak ada. Dikatakannya, jika pembelajaran daring harus membuat mahasiswa mengeluarkan biaya ekstra.
"Banyak orang tua mahasiswa terdampak Covid, pendapatan mereka berkurang," jelasnya.
Kemudian yang kedua, dijelaskan Achmad Najib, jika tidak digunakannya fasilitas kampus sehingga anggaran pengeluaran kampus berkurang. Ketiga, pembelajaran daring membuat mahasiswa harus mengeluarkan uang ekstra untuk paket data sebagai kebutuhan kuliah daring.
"Kuliah daring kita juga harus menambah biaya paket data, tidak semua mahasiswa mendapatkan bantuan paket data dari pemerintah. Adapun yang mendapatkan masih tidak cukup untuk meng-cover kebutuhan seluruh kuliah daring. Kuota multimedia yang bisa dipakai hanya sebagian kecil saja," terangnya.
Baca Juga : Sempat Tertunda, Unisma Segera Wisuda 1401 Mahasiswa Secara Daring
Selanjutnya, yang keempat, jika pemotongan SPP tahun lalu yang berdasarkan nominal bukan presentase, membuat beberapa jurusan merasa tidak adil. Dan terakhir, tidak adanya keterbukaan informasi dari kampus terkait pengelolaan dana yang ada.
Atas problematika tersebut, pihaknya melayangkan dua tuntutan. Yang pertama, pemotongan SPP setidaknya dalam prosentase 50 persen. Yang kedua, menuntut evaluasi, efektivitas dan kondusifitas pembelajaran daring.
"Itu dua tuntutan kita. Sebagai ultimatum pertama kita juga menyampaikan surat untuk besok bisa melakukan mediasi. Dan setelah itu aksi selanjutnya akan kita evaluasi lagi," terangnya.
Disampaikannya juga, jika sebelum itu, dari pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) telah melayangkan tuntutan yang sama, namun masih belum terdapat tindak lanjut, sehingga pihaknya berinisiatif untuk melakukan aksi sendiri.
"Ini teman-teman yang ikut dari semua fakultas. Tuntutannya sama. Di sini ada sekitar 30 orang," pungkasnya.