JATIMTIMES - Robert Francis Prevost resmi terpilih sebagai Paus ke-267 dalam sejarah Gereja Katolik. Dalam pemilihan yang berlangsung di Kapel Sistina pada Kamis malam (8/5) waktu setempat, pria asal Amerika Serikat ini memutuskan mengambil nama Paus Leo XIV, sebuah pilihan yang sarat makna historis dan simbolis.
Prevost menjadi Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat dalam dua ribu tahun sejarah Gereja Katolik. Lahir di Chicago pada 14 September 1955, ia sebelumnya menjabat sebagai prefek Dikasteri untuk Para Uskup sejak 12 April 2023. Kariernya dalam pelayanan gereja cukup panjang, termasuk menjadi Uskup Chiclayo di Peru dari 2015 hingga 2023.
Pemilihan nama Leo XIV bukanlah keputusan sembarangan. Nama ini membawa jejak sejarah yang dalam. Terakhir kali nama Leo digunakan lebih dari satu abad lalu oleh Paus Leo XIII, yang menjabat dari tahun 1878 hingga 1903. Bahkan lebih jauh ke belakang, nama Leo pertama kali dipakai oleh Paus Leo yang Agung, yang memimpin dari tahun 440 hingga 461 Masehi.
Menurut Liam Temple, asisten profesor sejarah Katolik di Pusat Studi Katolik Universitas Durham, pilihan nama “Leo” bisa diartikan sebagai sinyal bahwa Prevost ingin melanjutkan semangat reformasi yang diwariskan oleh Paus Fransiskus.
“Jika Paus baru ingin meneruskan kerja-kerja reformasi seperti Fransiskus, dia akan memilih nama Leo yang merujuk Leo XIII,” ujarnya kepada The Independent, dikutip Jumat (9/5/2025).
Selama masa kepausannya, Paus Leo XIII memang dikenal sangat vokal terhadap isu-isu keadilan sosial. Ia memperjuangkan hak-hak buruh, lingkungan kerja yang aman, dan upah layak, sebuah warisan yang tampaknya ingin dilanjutkan oleh Paus Leo XIV.
Gereja Katolik di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus juga menonjol dengan pendekatan progresif. Fokusnya pada kaum miskin, kelompok marginal, serta upaya menciptakan perdamaian dunia, menunjukkan arah baru dalam pelayanan gereja. Paus Fransiskus bahkan kerap mengkritik keras agresi militer di wilayah-wilayah konflik seperti Gaza dan Ukraina.
Pastor Katolik dan pengamat Vatikan, Ed Tomlinson, menyebut pilihan nama Leo XIV sebagai bentuk kesinambungan dari pendekatan progresif ala Paus Fransiskus. “Ini sepertinya sebuah keberlanjutan liberalisasi dari Fransiskus,” ujarnya.
Bukan hanya soal reformasi, nama Leo juga dianggap sebagai simbol kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi masa-masa sulit. Hal ini diungkapkan kembali oleh Ed Tomlinson.
“Tak mengejutkan lagi bahwa nama Leo menunjukkan Paus yang akan menjadi kuat selama masa-masa krisis,” ucapnya.
Dalam sejarah Gereja Katolik, nama Leo memang identik dengan karakter kepemimpinan yang tegas dan kokoh. Paus Leo I dikenal sebagai figur yang mampu mempertahankan otoritas gereja di tengah ancaman Kekaisaran Romawi. Sementara itu, Paus Leo XI, meski hanya menjabat kurang dari sebulan pada April 1605 sebelum wafat, tetap menjadi bagian penting dari tradisi panjang nama ini.
