Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Profil

Lila, Sosok Ceria yang Menjadi Ibu Peri bagi Puluhan Anak Yatim di Malang

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

09 - Dec - 2025, 20:41

Placeholder
Sosok Dalilatun Nashohah, S.M., M.E, perempuan muda yang punya jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi kepada para anak yatim. (ist)

JATIMTIMES - Dalilatun Nashohah, S.M., M.E., tumbuh sebagai perempuan yang seolah terbuat dari dua kutub yang saling berdamai: ceria sekaligus tegas, lembut sekaligus galak bila perlu. Tapi di balik segala sisi itu, ada satu benang merah yang tidak pernah putus, kepeduliannya kepada sesama, terutama anak yatim.

Di lingkungan sekolah, banyak yang mengenalnya sebagai guru yang enerjik. Kepribadian yang mudah tertawa, tapi bisa berubah tegas kalau situasi menuntut. Sementara di kampus, ia justru dicap anggun, kalem, dan “ustazah vibes”. Padahal, menurut pengakuannya sendiri, ia juga punya sisi barbar yang hanya muncul di lingkaran terdekat. Di panti asuhan tempat ia mengabdi, ia merasa “ibu peri plus ibu tiri”, figura yang bisa mengayomi sekaligus menegakkan aturan ketika memang dibutuhkan.

Baca Juga : Raden Mas Rahmat dan Detik-detik Wafatnya Amangkurat I: Terbalasnya Dendam Pangeran Pekik

Perjalanan sosial Lila, begitu ia akrab disapa, bukan datang tiba-tiba. Jejaknya dimulai sejak masa kuliah di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang. Kala itu ia menginisiasi gerakan Jumat Berkah; berkeliling Kota Malang tiap malam selepas mengajar untuk membagikan rezeki teman-temannya kepada warga yang membutuhkan. Pada suatu kunjungan, ia tiba di sebuah panti asuhan, yang kelak menjadi tempat tinggal dan ladang baktinya selama bertahun-tahun.

1

Selepas menjadi Musyrifah (pengurus asrama) dan dilanjutkan menjadi Murabbiyah (koordinator asrama), Lila sempat bimbang melanjutkan tinggal di ma’had. Ia berbincang dengan salah seorang Bu Nyai, yang kini menjadi istri Direktur Ma’had UIN Maliki Malang dan diberi opsi memilih antara pondok, TPQ, atau panti asuhan. Ia memilih panti. Alasannya sederhana tapi jujur: ia ingin sesuatu yang lebih hidup, lebih fleksibel, dan lebih memberi dampak. Setelah meninjau lokasi, ia teringat: “Loh, dulu aku pernah main di sini," katanya. Awalnya ia hanya berkomitmen satu tahun, tepat sampai tesisnya selesai pada 2023. Tapi sampai hari ini ia tak pernah benar-benar pergi.

Di panti Abdul Kadir Kurnia, Mojolangu, ia mengemban banyak peran. Di atas kertas ada struktur resmi, tapi di lapangan ia harus merangkap segalanya: ketua, bendahara, sekretaris, sekaligus pengasuh penuh waktu. Yang membuatnya bertahan bukan jabatan, tapi kisah-kisah kecil yang mengetuk batinnya.

Salah satu momen yang membekas adalah ketika seorang anak menghampirinya dan berkata, “Mbak Lila tahu nggak? Doaku didengar Allah. Aku tadi minta camilan karena mamah nggak punya uang," ceritanya. Padahal Lila hanya spontan membagikan makanan yang ia bawa. Ia mengaku deg-degan, seakan disadarkan bahwa doa anak-anak itu benar-benar polos dan jernih. Sejak itu, ia merasa semakin peka. Ada saja rezeki datang dari arah yang tak disangka, min haitsu la yahtasib, setiap kali panti butuh sesuatu.

"Prinsip hidupnya sederhana: ketika memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusan kita," tambahnya. Ia melihat sendiri bagaimana anak-anak panti datang dari kondisi keluarga tidak ideal, namun ia ingin menghadirkan “keluarga cemara”, yang dipenuhi cinta dan kasih sayang, meski keadaan tidak sempurna. Semua itu ia jalani lillahi ta’ala.

Rutinitas anak-anak di panti ia tata sebagaimana pola pondok pesantren. Ada bel pengingat ibadah, ada jadwal mengaji, belajar, hingga setoran setiap pagi. Subuh berjamaah, lanjut zikir dan tiga surat (Ar-Rahman, Al-Mulk, Al-Waqiah), kemudian ngaji privat satu per satu. Sore hari diisi belajar bersama alumni Musyrifah UIN Maliki Malang. Malam hari mereka membaca Yasin, mengaji lagi, lalu belajar hingga pukul sembilan. Hari berputar dengan disiplin, tapi tetap hangat.

Baca Juga : Kompetisi #Cari_Aman Skill Competition Hadir dengan Konsep Baru: Jago Cari Aman Biar Happy

Di luar panti, Lila masih menjalankan banyak peran lain: mengajar di MTs Ma’arif NU Kota Malang, menjadi guru privat mapel, bahkan sesekali mengisi acara dan menjadi MC. Untuk menyeimbangkan hidup, ia biasanya keluar rumah hanya saat anak-anak sudah tidur, atau ketika akhir pekan mereka sibuk bermain gawai. Quality time baginya sederhana: makan malam, nongkrong sebentar, atau sekadar rebahan sambil nonton drama Korea.

2

Meski begitu, tidak semua hari berjalan ringan. Ia pernah ditampar perasaan ketika seorang anak panti melihat orang lain merayakan ulang tahun lalu berkata pelan, “Bunda, aku mau juga,” cerita Lila. Disitu, Lila menahan air mata di depan anak-anak, tapi membiarkannya jatuh ketika sendirian. Ia memilih menunjukkan kasih lewat aksi nyata, bukan kata-kata manis.

Untuk kebutuhan operasional panti, Lila bergantung pada donatur tetap sekitar satu juta rupiah per bulan. Padahal biaya operasional mencapai sekitar 3,5 juta. Selebihnya, mereka mengandalkan tamu yang datang membawa santunan. Namun ia percaya, selama niatnya lurus, rezeki selalu datang tepat waktu. “Allah itu sudah mencukupkan,” ujarnya.

Harapannya sederhana namun dalam. Untuk anak-anak, ia ingin mereka tumbuh menjadi qurrata a’yun, penyenang hati keluarganya, memberi manfaat bagi bangsa, negara, dan agama. Menjadi manusia yang utuh: sukses dunia-akhirat. Sementara bagi dirinya sendiri, ia hanya ingin menjadi perempuan yang menyenangkan, tidak menyebalkan, selalu merasa cukup, dan tetap menjadi hamba yang diberi keberuntungan oleh Allah SWT.


Topik

Profil UIN Malang Universitas Islam Negeri Malang profil alumni



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri