Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Kisah Detik-detik Wafatnya Sayyidina Hasan Bin Ali yang Diracuni Istrinya Sendiri

Penulis : Mutmainah J - Editor : Dede Nana

30 - Jul - 2023, 14:25

Placeholder
Ilustrasi Sayyidina Husain saat menjenguk Sayyidina Hasa yang sakit karena racun. (Foto screenshot)

JATIMTIMES - Hasan bin Ali bin Abi Thalib, adalah cucu tercinta Rasulullah. Ia anak dari putri kandung Rasulullah, Fatimah Az Zahra. Rasulullah sangat menyanyangi cucunya, yakni Hasan dan Husein. Bahkan nama kedua cucunya itu, Baginda ambil langsung dari surga. Belum pernah orang Arab memakai nama itu.

Setelah wafatnya sang ayah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan dibaiat menjadi Khalifah. Akan tetapi, hal itu ditentang oleh kelompok Muawiyyah sehingga membuat nyawa Sayyidina Hasan terancam. Namun siapa sangka, nyawa Sayyidina Hasan justru hilang ditangan istri trercintanya sendiri. Berikut kisah lengkapnya.

Baca Juga : Jamaah Haji Tahap Tiga dari Kota Madiun Disambut Hangat Wali Kota Maidi

Dilansir dari akun Tiktok @Fazahra.hijab1, pada tanggal 28 Shafar tahun 50 H, merupakan salah satu hari menyedihkan dalam sejarah islam. Jauh sebelum sayyidina Husein terpenggal di karbala, sang kakak yaitu Sayyidina Hasan lebih dahulu wafat karena dibunuh. Berita wafatnya cucu Rasulullah itu, banyak membuat kaum muslimin di Madinah sangat sedih.

Sayyidina Hasan dikenal sosok yang sangat baik dan menyukai perdamaian. Sebelum wafat, beliau rela menyerahkan kekuasaan khalifahnya kepada Muawiyah bin Abu sufyan dari pada harus berperang menumpahkan darah antar sesama umat muslim.

Setelah Sayyidina Hasan menyerahkan kursi khalifah kepada Muawiyah, beliau lantas kembali ke kota Madinah al Munawaroh. Sayyidina Hasan disambut senang dan bahagia oleh para penduduk Madinah, meskipun rasa bahagia itu tercampur sedih sebab cucu nabi itu sudah tidak jadi khalifah Islam.

Di kota suci Madinah, Sayyidina Hasan memilih menjauhi lingkaran dunia perpolitikan. Beliau lebih menyibukkan diri beribadah dan memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sayyidina Hasan juga rajin mengisi kajian ilmu agama Islam kepada penduduk Madinah di masjid Nabawi. Di sisi kesibukanya mengajar, Sayyidina Hasan juga giat menimba ilmu kepada para sahabat kakeknya yang kala itu sudah banyak yang tua renta.

Namun di saat usia Sayyidina Hasan menginjak umur 46 tahun, beliau mengalami sakit yang sangat parah sebab diracuni seseorang. Pembunuhan inilah yang akhirnya menyebabkan cucu kesayangan Nabi itu meninggal dunia. Namun sebelum wafat, Sayyidina Hasan sempat berkata kepada sang adik Sayyidina Husein 

“Sudah tiga kali aku mengalami keracunan, namun tak separah yang kurasakan saat ini," ujar Sayyidina Hasan.

Sang adik lalu bertanya kepada sang kakak mengenai siapa orang yang tega meracuninya. Namun, Sayyidina Hasan tak mau memberitahu siapa pelakunya. Alasan Sayyidina Hasan tak mau memberitahukan hal itu kepada sang adik adalah dikarenakan beliau tahu kalau sang adik sikapnya lebih keras. Kalau diberitahu siapa pelakunya, dikhawatirkan sang adik akan menuntut balas atas kejahatan itu.

Diriwayatkan Al hamid Al Husaini, sebagian ahli sejarah meyakini bahwasanya yang meracuni Sayyidina Hasan adalah istri beliau sendiri yang bernama Ja’dah binti Al Asy’at. Istri Sayyidina Hasan diyakini tega meracuni suaminya sendiri atas perintah dari Muawiyah. Ja’dah dijanjikan akan diberi uang sebesar 100 ribu dinar apabila bisa meracuni suaminya sendiri. 

"Kalau dirimu mau meracuni Hasan, maka diriku akan menikahimu," janji Yazid, kelompok Muawiyah. 

Tetapi nyatanya setelah Ja'dah berhasil membunuh dan meracuni suaminya sendiri, Yazid malah ingkar janji. Ja’dah memperoleh imbalan uang tidak sebesar apa yang sudah dijanjikan Muawiyah itu.

Tak hanya itu saja, kelompok Muawiyah itu juga tidak mau menikahkan Yazid dengan Ja'dah sebab mereka khawatir jika Yazid nantinya juga mengalami nasib tragis seperti yang dialami Sayyidina Hasan.

Ketika sakit yang dirasakan Hasan semakin menjadi-jadi, perasaannya kurang terkendali. Rasa sakit itu adalah sakratul maut. Husain saat itu menemui Hasan dan mengingatkan Hasan mengenai kematian yang hanya roh meninggalkan jasad. Hal itu dilakuka Husain agar Hasan lebih tenang.

Baca Juga : Mengenal Sea Angel, Makhluk Laut yang Anggun Namun Mematikan

"Wahai Abu Muhammad, mengapa engkau bersikap seperti ini? Kematian itu hanyalah kepergian rohmu meninggalkan jasad, lalu ia akan menemui kedua orang tuamu, Ali dan Fathimah, kakek dan nenekmu, Nabi (Muhammad ) dan Khadijah, paman-pamanmu dari ayah, Hamzah dan Ja'far. Paman-pamanmu dari ibu, al-Qasim, ath-Thayib, Muthahhir, dan Ibrahim, juga bibi-bibimu, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Zainab" (Tarikh Dimasyq)," ucapnya.

Sebelum Al-Husain menyelesaikan perkataannya, Al-Hasan sudah terlihat gembira dan wajahnya kembali berseri-seri. Sambil menghadapkan wajahnya ke arah al- Husain, dia berkata jika dirinya akan bertemu sosok yang sebelumnya belum pernah ia temui.

"Adikku, aku sedang berhadapan dengan salah satu ketentuan Allah yang belum pernah kuhadapi sebelumnya. Aku juga akan melihat salah satu makhluk-Nya yang belum pernah kulihat sebelum ini" ucapnya.

Mendengar ungkapan kakaknya itu, Husain pun menangis (Al Bidayah wan Nihayah). Dia akhirnya yakin betul bahwa ajal dan waktu perpisahan Hasan dengan orang- orang terkasih segera tiba. Hasan kemudian menoleh ke arah orang-orang yang ada di sekitarnya, lalu ia meminta agar dirinya bisa dimakamkan di dekat makam Rasulullah.

"Setelah aku meninggal nanti, mintalah kesediaan Aisyah agar aku dimakamkan bersama Nabi, karena mungkin ia malu padaku. Jika ia mengizinkan, makamkan aku di rumahnya" pinta Hasan.

Hasan juga berpesan agar jika ada yang menolak pemakaman itu, maka beliau meminta agar dimakamkan di pemakaman umum baqi saja dari pada harus berdebat dan saling menumpahkan darah.

"Kecuali jika kalian khawatir hal itu akan menimbulkan penumpahan darah. Jika kalian khawatir demikian maka janganlah kalian menumpahkan setetes darah pun karena keinginanku. Kuburkan saja aku di pemakaman kaum muslimin," pesannya.

Aisyah pun mengabulkan permintaan Hasan itu. Namun saat jenazah Sayyidina Hasan hendak dimakamkan, maka terjadilah keributan diantara Bani Hasyim dan Bani Umayah. Mereka saling berselisih tentang lokasi pemakaman cucu Nabi itu.

Bani Umayah menolak apabila jenazah Sayyidina Hasan dimakamkan di dekat makam Nabi, hal ini sebab jenazah Sahabat Utsman bin Affan saja yang notabenya dari bani umayyah tak di makamkan di dekat makam nabi. Tetapi dari pihak Bani Hasyim bersikukuh untuk memakamkannya dekat nabi karena itu sudah menjadi wasiat.

Sahabat Abu Hurairah lantas mengingatkan kembali pesan Sayyidina Hasan sebelum wafat, yaitu apabila saat pemakaman terjadi perselisihan, maka meminta agar dimakamkan saja di pemakaman umam baqi. Akhirnya, jenazah cucu nabi itu dimakamkan di baqi dekat makam neneknya yang bernama Fatimah binti Asad, beliau adalah ibu kandung dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib.


Topik

Agama sayyidina hasan kematian sayyidina hasan jadah binti al asyat sayyidina hasan diracun



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Dede Nana