JATIMTIMES - Bulan Dzulhijah tidak hanya identik dengan ibadah haji dan ritual kurban. Dalam sejarah Islam, ada peristiwa lain yang tidak kalah menentukan arah perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, yakni Perjanjian Aqabah. Momen itu menjadi titik balik yang kelak mengubah Yatsrib menjadi Madinah sekaligus menyatukan dua suku yang lama berseteru, Aus dan Khazraj.
Perjanjian tersebut dilaksanakan di sebuah lokasi bernama Aqabah, sekitar lima kilometer dari Makkah. Ketika itu, penduduk Yatsrib tengah mencari figur pemimpin yang bisa memadamkan bara permusuhan antarsuku. Di saat genting itulah, mereka bertemu Rasulullah SAW.
Baca Juga : PLN Audiensi dengan Kejari Kabupaten Malang, Bahas Sinergi dan Pendampingan Hukum untuk Layanan Kelistrikan
“Perjanjian Aqabah bermula pada tahun ke-11 kenabian tatkala Rasulullah SAW bertemu dengan enam orang dari Suku Khazraj, Yastrib, yang datang ke Makkah untuk menunaikan haji,” tertulis dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Periode Klasik karya Ahmad Sugiri.
Enam utusan itu ialah As'ad bin Zurara, Auf bin Haritha (Ibn Afra'), Raafi' bin Malik bin Ajlan, Quthah bin Amir bin Hadidah, Uqbah bin Amir, dan Jabir bin Abdullah bin Riab. Mereka enam orang inilah yang hadir pada pertemuan sunyi di Bukit Aqabah dan mendengarkan langsung risalah Rasulullah.
Dari pertemuan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam terbitan Kemenag, lahir enam komitmen yang menjadi fondasi awal masuknya Islam di Yatsrib. Mereka berjanji tidak menyekutukan Allah SWT, setia kepada Rasulullah SAW, siap berkorban jiwa dan harta, sanggup menyebarkan Islam, tidak membunuh, serta menjauhi segala bentuk kecurangan dan kedustaan.
Kesetiaan itu menjadi pintu bagi transformasi besar berikutnya: hijrah. Keputusan Nabi untuk meninggalkan Makkah bukan sekadar pilihan strategis, melainkan perintah langsung dari Allah SWT. Firman-Nya termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 218:
Baca Juga : TPID Kabupaten Malang Mantapkan Sinergi Kendalikan Inflasi Jelang Nataru 2026
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dzulhijah, pada akhirnya, tidak hanya menyimpan jejak ibadah, tetapi juga menyimpan kisah perjanjian yang mengubah arah sejarah. Di Aqabah, enam tokoh Yatsrib memilih persatuan daripada pertikaian. Dan dari sanalah kelak lahir sebuah kota bernama Madinah, tempat Islam bertumbuh sebagai peradaban.
