Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Mengenal Fajar Shadiq, Cahaya Sunyi yang Menjadi Batas Subuh

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Yunan Helmy

08 - Dec - 2025, 07:19

Placeholder
Ilustrasi fajar shadiq, satu momen yang jadi tanda penting sebelum hari benar-benar mekar. (ist)

JATIMTIMES - Fajar selalu punya cara lembut membangunkan dunia. Dan dalam tradisi Islam, ada satu momen yang jadi tanda penting sebelum hari benar-benar mekar, yakni fajar shadiq. 

Cahaya tipis di ufuk timur itu bukan sekadar fenomena langit, melainkan penanda sahnya umat Muslim memulai salat Subuh. Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa waktu subuh dimulai sejak munculnya fajar shadiq hingga matahari terbit.

Baca Juga : IDAI Minta Tiap Keluarga Siapkan Tas Bencana, Berikut Ini Isinya

"Waktu salat Subuh adalah mulai terbit fajar (shadiq) selama matahari belum terbit." (HR Muslim).

Dalam kajian astronomi maupun literatur fikih, fajar shadiq dipahami sebagai cahaya putih yang meratakan ufuk, hadir beberapa saat setelah fajar kadzib memudar. Buku Kajian Waktu Subuh karya Marataon Ritonga dan tim menggambarkannya sebagai sinar awal yang tercipta dari hamburan cahaya matahari di lapisan atas atmosfer sebelum cakram matahari muncul. Pada detik-detik itu, salat Subuh sudah boleh ditegakkan dan bagi yang berpuasa, sahur harus segera ditutup karena batas waktunya telah tiba.

Gambaran fajar shadiq dalam Al-Quran pun puitis: “terang bagimu benang putih dari benang hitam”, perubahan sunyi dari gelap menuju cahaya. Ahmad Rofi’ Usmani dalam bukunya Kisah para Pencari Nikmatnya Shalat menjelaskan bahwa ayat itu menandai saat gelap malam mulai kalah oleh cahaya pagi.

Fenomena ini punya ciri yang cukup khas. Warnanya putih terang dan menyebar horizontal, meski secara ilmiah terdapat rona kebiruan yang terlalu redup untuk dilihat mata telanjang. Seiring menit berlalu, intensitas cahaya itu terus menguat sampai akhirnya matahari benar-benar terbit.

Para ulama sepakat bahwa awal waktu Subuh berpatokan pada terbitnya fajar shadiq. Sayyid Sabiq dalam Fiqh As-Sunnah menjelaskan bahwa batas waktunya dimulai dari kemunculan cahaya itu hingga munculnya matahari di ufuk. Namun, soal kapan waktu terbaik melaksanakan Subuh, pendapat mereka terpecah. 

Baca Juga : Hidupkan Semangat Hakordia Muda Mudi Fest, Roy Jeconiah: Blitar SAE, Wali Kotane Keren!

Ulama Kufah seperti Abu Hanifah, Ats-Tsauri, serta banyak ulama Irak menilai salat Subuh paling utama dilakukan ketika cahaya pagi sudah tampak jelas. Di sisi lain, Imam Maliki, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, dan Daud menempatkan keutamaan Subuh pada bagian akhir malam, lebih awal daripada terang fajar yang kasat mata.

Perbedaan ini bukan soal sengketa, melainkan cara masing-masing ulama membaca dan menyelaraskan riwayat-riwayat yang tampak bertolak belakang. Yang pasti, semua pandangan berlabuh pada satu titik: fajar shadiq adalah tanda tak terbantahkan dimulainya Subuh dan hadirnya pagi yang sesungguhnya.


Topik

Agama Fajar shadiq penanda Subuh kajian Islam



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Yunan Helmy