MALANGTIMES – Para budayawan, sejarawan, pengamat wisata, masyarakat, dan anggota DPRD Kota Malang bereaksi keras terhadap ahistoris yang dilakukan Pemkot Malang.
Baca Juga : Per Hari Ini Kasus Positif Covid-19 Ditemukan di 23 Provinsi, Total 5.136 Penderita
Mereka menganggap bahwa pemkot telah melakukan tindakan yang mengabaikan nilai-nilai budaya dan sejarah peninggalan leluhur.
Apa yang dilakukan pemkot hingga dianggap melakukan ahistoris? Pemkot telah mengecat patung duplikasi Ken Dedes yang berlokasi di Kelurahan Balearjosari, Kecamatan Blimbing. Patung ini berada di sebelah kiri (bila dari arah Surabaya) pintu masuk menuju flyover Jalan Ahmad Yani.
Patung yang awalnya berwarna sama dengan batu andesit, lantas berwarna hitam, dan berwarna perunggu tersebut, kini dicat menjadi warna putih.
Banyak orang yang menganggap bahwa patung Ken Dedes yang dicat putih tersebut seperti kuntilanak.
Bahkan ada yang menyamakan Ken Dedes putih tersebut dengan patung Dewi Kwan Im atau dewi welas asih asal Tiongkok.
Kwan Im sendiri adalah dialek Hokkian dan Hakka yang dipergunakan mayoritas komunitas Tionghoa di Indonesia.Nama lengkap dari Kwan Im adalah Kwan She Im Phosat.
Baca Juga : Rektor UMM Merespons Desas-desus Pergantian WR III dan Kursi Baru WR IV
Baik para sejarawan, budayawan, pengamat pariwisata, anggota dewan, maupun masyarakat, menginginkan agar patung Ken Dedes dikembalikan ke warna aslinya, yakni warna batu andesit. Warnanya adalah abu-abu kehitaman seperti warna batu yang terdapat pada candi-candi di Indonesia.
Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama andesit berasal dari nama Pegunungan Andes.
Pegunungan ini panjangnya lebih dari 7.000 kilometer, lebarnya mencapai 500 kilometer pada beberapa tempat, dan memiliki ketinggian rata-rata sekitar 4.000 meter.
Pegunungan ini membentang melewati tujuh negara: Argentina, Bolivia, Chili, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Venezuela yang kadang disebut negara-negara Andean. (*)