MALANGTIMES - Usianya telah mencapai 53 tahun. Orang-orang akrab mengenalnya sebagai Dayat, penjaga makam yang menghabiskan waktunya seharian di areal pekuburan.
Baca Juga : Tundukkan Rasa Takut untuk Kemanusiaan, Ini Kisah Bripka Jerry yang Banjir Apresiasi
Warga Sri Tanjung 4 RT/RW 10/02 Kelurahan Kanigoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun ini adalah potret kecil warga miskin yang terserpih dan berserak di republik ini.
Dengan kehidupan ekonomi yang tak menentu serta menempati rumah ukuran 6x7 meter dengan dinding yang mengelupas karena tua. Dayat merasakan himpitan hidup yang semakin menjadi di tengah pandemi covid-19.
Penghasilannya per bulan saat normal hanyalah Rp 70 ribu yang diterimanya 2 bulan sekali. Kini, di tengah pandemi covid-19, tugasnya menguburkan jenazah pun semakin tersendat.
Baca Juga : Wali Kota Dewanti Rumpoko Bagikan Tips Kisah Suksesnya Menjadi Ibu Rumah Tangga dan Kepala Daerah
Berharap ke pemerintah, Dayat pun hampir putus asa. Pasalnya, sejak tahun 2010, harapannya mendapat bantuan pemerintah tak pernah terwujud.
Kini, Dayat sangat bergantung hidupnya kepada uluran tangan pemerintah yang sedang giatnya menggelontorkan anggaran fantastik untuk warganya melalui jaring pengaman sosial.
Dalam kesehariannya pak dayat selalu di makam.sambil bersih bersih area makam itu tanpa ada yang mempedulikan nasib nya.
Terkadang jika sedang beruntung manakala ada warga yang meninggal dan dia membantu menggali kuburan.
" kalau lagi rezeki saat menggali makam itu mas.ada yang memberi upah" katanya dengan pasrah.
P dayat yang setiap harinya di makam ditemani seorang kawan.namun nasib sahabatnya lebih beruntung tatkala beberapa hari lalu ada pembagian paket sembako di kelurahan kanigoro sahabatnya masih mendapatkan paket .
Lebih lengkap lagi penderitaan hidupnya saat melihat istrinya yang harus menyiapkan masakan yang terkadang ada terkadang tidak.
Oleh karenanya p dayat mau menerima kerjaan apa saja yang penting halal.kalau hanya mengharap dari gaji penjaga makam jelaslah tidak cukup.
Sebenarnya p dayat tidak tinggal diam untuk mencoba mendapatkan bantuan.namun dari awal menjaga makam tahun 2010 p dayat tak pernah sekalipun mendapatkannya
"gak tau mas sejak dulu ya dimintai data foto copy ktp, kk namun tetap saja gak dapat" keluhnya
Hari ini,senin 4/5/2020 saat wartawan berkunjung kerumahnya p dayat menyampaikan bahwa tadi malam habis pergi ke pak RT untuk meminta surat keterangan dan berniat mendaftar ke dinas sosial melalui keponakannya.
Terpisah,pak sihono yang wartawan temui di sekolah SD kanigoro selaku ketua RT.10 RW 02 kelurahan kanigoro kec.kartoharjo Kota Madiun menceritakan bahwa dia sudah mengajukan 40 warganya untuk memperoleh Bansos namun saat walikota Madiun membagikan sembako hanya 9 orang yang dapat.
Dia pun berupaya mendekati warganya untuk memberikan pengertian bahwa ada kemungkinan di tahap dua nanti masih ada lagi bagi warga terdampak yang belum memperolehnya.
" saya itu serba salah pada warga dikira nya saya tidak mendaftarkan saat mereka tau tidak mendapatkan paket sembako, dikiranya sebagai RT saya pilih kasih" kata dia