MALANGTIMES - Kegiatan di rumah saja otomatis mengurangi aktivitas manusia di luar. Aktivitas yang disarankan pemerintah untuk menangkal persebaran covid-19 itu mengurangi penggunaan kendaraan berat seperti pesawat terbang atau kendaraan darat yang bertonase besar dan kecil. Hal ini menjadi momen Bumi untuk istirahat.
Baca Juga : 5 Hal Ini Bedakan Ramadan Sebelumnya dengan Tahun 2020 karena Pandemi Covid-19
Pakar kebumian dan kebencanaan Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Drs Adi Susilo MSi PhD menyatakan, kegiatan di rumah saja berpengaruh terhadap frekuensi adanya gelombang seismik akibat kendaraan yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor.
"Berkurangnya aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan berat dan pesawat terbang akan berpengaruh terhadap frekuensi timbulnya gelombang seismik. Gelombang seismik ini adalah gelombang yang merambat pada bagian dalam Bumi dan permukaan Bumi" ujar dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UB tersebut.
Geoscientists ini menjelaskan, gelombang seismik dalam frekuensi tertentu memicu terjadinya longsor, seperti yang pernah terjadi di Provinsi Jawa Barat beberapa waktu lalu. Gelombang ini diakibatkan getaran kendaraan yang lewat.
Oleh karena itu, berkurangnya aktivitas manusia di luar menjadi momen Bumi berisitirahat sekaligus mengurangi proses yang ada di kulit Bumi dan berpengaruh terhadap infrastruktur bangunan.
"Jika frekuensi getaran sama dengan frekuensi bangunan, maka akan menimbulkan resonansi bangunan sehingga bisa menyebabkan kerusakan, seperti retak. Getaran ini dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan yang lewat," papar Adi.
Baca Juga : Kisah Mbah Ginten, Nenek Renta yang Hidup Sebatang Kara di Pelosok Kabupaten Malang
Berkurangnya aktivitas manusia juga akan mengurangi gangguan pada infrastruktur buatan manusia, seperti jembatan dan bangunan. "Daerah-daerah pesisir utara (Jawa) sangat kuat dilewati getaran-getaran seismik. Daerah di pesisir utara seperti Surabaya berasal dari endapan non-vulkanik, seperti lempung dan lumpur. Sebuah getaran ketika melewati lempung bisa kuat. Tapi kalau lewat pasir, bisa diredam. Semakin kuat getarannya, maka pengaruh terhadap kerusakan bangunan akan semakin besar," bebernya.
Meski demikian, Adi mengaku khawatir apabila masa pandemi covid-19 ini berakhir. Sebab, ada kemungkinan kondisi alam akan menjadi lebih buruk lagi karena mobilitas kebutuhan yang semakin banyak.
"Sekarang Bumi relatif istirahat dari dilewatinya getaran seismik dan bencana alam yang lain juga berkurang. Itu hikmahnya. Saya justru khawatir setelah Ramadan dan pandemi berakhir, mobilitas serta kebutuhan banyak, maka kondisi alam akan menjadi lebih buruk lagi," tandasnya.