JATIMTIMES - Dinas Kesehatan Kabupaten Malang membeberkan hasil uji laboratorium sampel makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang membuat 37 siswa dan dua guru MTs Al-Khalifah, Desa Cepokomulyo, Kecamatan Kepanjen harus dilarikan ke RSUD Kanjuruhan untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang drg. Wiyanto Wijoyo menyampaikan, bahwa proses pengujian sampel makanan dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) di Surabaya. Sampel dikirim ke BBLKM pada Kamis (23/10/2025), tepat setelah puluhan siswa dan guru MTS Al-Khalifah harus dilarikan ke RSUD Kanjuruhan untuk mendapatkan perawatan intensif usai menyantap paket MBG.
Baca Juga : DPR Sahkan RKUHAP Jadi Undang-Undang, Tagar #TolakRKUHAP Ramai di X
"Hasil laboratoriumnya ada sedikit senyawa nitrit ya. Mungkin di tahu ya. Ya kalau ada yang nggak tahan, ya akhirnya mual-mual," ungkap Wiyanto kepada awak media, Selasa (18/11/2025).
Menurut Wiyanto, kondisi makanan yang mengandung nitrit itu bisa disebabkan oleh pemilihan bahan baku makanan yang kurang tepat dan cermat dalam penyimpanan maupun pengolahan.
"Kadang-kadang pemilihan bahan-bahannya yang memang mungkin agak kurang cermat itu bisa saja terjadi. Karena jumlah besar, kayak tahu itu kan jumlahnya banyak, mungkin sebagian ada yang busuk, itu bisa. Bagi orang yang sehat mungkin nggak papa, tapi kalau nggak sehat ya mual-mual, tapi mual ringan dan itu kan nggak semua. Kalau 1000 orang, semuanya mual itu berarti kacau," jelas Wiyanto.
Selain itu, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, bahwa beberapa siswa sebelum mengonsumsi paket MBG, minum susu dalam kemasan. Menurut Wiyanto hal itu juga bisa memicu mual seseorang jika kondisi tubuh tidak sehat.
"Kemudian ada sedkit (bakteri) e-coli, itu mungkin dari airnya. Bukan dari air tahunya, tapi dari air biasanya," ujar Wiyanto.
Lebih lanjut, ke depan pihaknya akan terus melakukan pembinaan terhadap para penjamah makanan di masing-masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Di mana salah satu bentuk pembinaannya yakni dengan menggelar pelatihan serta serifikasi penjamah makanan.
Baca Juga : Barang Bukti Narkoba dan 231 Ribu Batang Rokok Ilegal Dimusnahkan di Mesin Incinerator
"Pengawasan tetap kita bina saja, tidak bisa mengawasi semua satu per satu. Ya kita bina, kita suluh lagi. Kemudian dasar-dasar penyaji dan penjamah makanan itu juga dikasih sertifikat," ujar Wiyanto.
Menurutnya, setiap penjamah makanan dan kepala serta perangkat di masing-masing SPPG dipastikan orang-orang yang profesional di bidangnya. Pasalnya, dengan waktu yang singkat harus mempersiapkan ribuan porsi paket MBG yang didistribusikan mulai pagi hari ke para penerima manfaat MBG.
"Ya niat profesional saja pasti hasilnya bagus. Kalau tidak profesional nggak bisa itu. Karena jumlah besar ribuan porsi," pungkas Wiyanto.
