JATIMTIMES - Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang memberikan pendampingan psikologis kepada para korban santri Pondok Pesantren Al-Khoziny yang berdomisili di Kota Malang.
Untuk diketahui, berdasarkan data yang dihimpun JatimTIMES.com, musibah ambruknya bangunan Musala Pondok Pesantren Al-Khoziny menyebabkan 61 santri meninggal dunia, 24 santri mengalami luka berat dan 74 santri mengalami luka ringan.
Baca Juga : Ragukan MBG dari Pihak Luar usai Kasus Keracunan, Lembaga Sekolah Swasta di Kota Batu Usulkan SPPG Mandiri
Dari musibah itu, tercatat terdapat enam santri yang berasal dari Kota Malang dan semuanya berdomisili di wilayah Kecamatan Kedungkandang. Dari enam santri tersebut, satu mengalami trauma berat, dua mengalami trauma ringan serta tiga lainnya dalam kondisi selamat dan sehat.
Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Donny Sandito Widoyoko menyampaikan, bahwa terdapat tiga santri Pondok Pesantren Al-Khoziny yang mengalami trauma. Namun, dari ketiga santri yang mengalami trauma tersebut, hanya satu yang harus mendapatkan pendampingan khusus karena trauma berat yang dialami pasca ambruknya Musala Pondok Pesantren Al-Khoziny.
"Yang terdata di kami ada tiga orang, semuanya tinggal di Kecamatan Kedungkandang. Dari tiga itu, yang dua, yakni atas nama Nanang dan Muhammad, tidak memerlukan pendampingan khusus," ungkap Donny.
Pria yang dulunya pernah menjabat sebagai Camat Kedungkandang ini mengatakan, satu santri yang mengalami trauma berat itu merupakan siswa kelas satu pada jenjang Madrasaha Tsanawiyah (MTs). Korban saat ini masih mengalami trauma berat.
"Yang perlu pendampingan khusus ada satu anak yakni M. Itu masih ada traumanya dan traumanya lumayan berat," kata Donny.
Setelah beberapa waktu melakukan pendampingan khusus kepada santri yang mengalami trauma berat tersebut, Donny menjelaskan bahwa korban pada saat melakukan Salat berjamaah berada di shaf atau barisan kelima.
Menurut Donny, berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh para psikolog dan tim dari Dinsos-P3AP2KB Kota Malang bahwa trauma korban muncul saat melihat video TikTok yang menunjukkan temannya saat dievakuasi dari reruntuhan bangunan Musala Pondok Pesantren Al-Khoziny.
"Pada saat berangkat salat, dia itu barengan dengan empat orang temannya. Temannya diajak ke depan tidak mau, maunya di shaf belakang. Trauma nya muncul saat dia melihat video di TikTok, dan yang muncul adalah temannya itu. Sejak saat itu dia tidak berani tidur sendiri, ke mana-mana juga tidak berani," jelas Donny.
Baca Juga : 12 Pengembang Serahkan PSU ke Pemkot Batu, Total Nilai Aset Capai Rp522 Miliar
Pejabat publik yang pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Humas (sekarang Protokol dan Komunikasi Pimpinan) Sekretariat Daerah Kota Malang itu mengatakan, bahwa pendampingan psikologis terhadap korban yang mengalami trauma berat langsung dilakukan di kediaman korban.
"Dari hasil pemantauan petugas, M mengalami perubahan perilaku pasca kejadian. Ia menjadi sulit tidur sendiri dan cenderung takut bepergian tanpa ditemani," tutur Donny.
Lebih lanjut, Donny mengatakan, bahwa pihaknya masih belum mengeluarkan rekomendasi resmi kepada para korban untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Khoziny.
"Anak-anak itu juga masih menunggu kabar dari ponpes. Karena Muhammad dan Nanang itu kan sudah kelas tiga SMP. Sementara yang kelas satu masih menunggu apakah akan tetap di sana atau bagaimana," ujar Donny.
Pihaknya menambahkan, bahwa santri yang mengalami trauma berat merupakan penduduk Kota Malang yang masuk dalam desil satu pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) Kota Malang. Di mana desil satu merupakan penduduk yang berada pada tingkat kesejahteraan rendah atau dalam kondisi kemiskinan ekstrem.
Oleh karena itu, Donny menyebut bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Malang akan memfasilitasi pendidikan korban melalui Sekolah Rakyat jika nantinya korban tidak kembali mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al-Khoziny. "Ya bisa jadi (melanjutkan ke Sekolah Rakyat), karena kan ini juga semua korban dipantau langsung oleh Menteri Sosial RI," pungkas Donny.