Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pemerintahan

Menbud Fadli Zon Hadiri Puncak Festival Keroncong Svaranusa, Kota Blitar Gaungkan Bhineka Tunggal Irama

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

14 - Sep - 2025, 07:42

Placeholder
Momen penuh makna di puncak Keroncong Svaranusa 2025, Alun-Alun Kota Blitar. Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyerahkan penghargaan kepada para maestro keroncong sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mereka dalam melestarikan warisan musik bangsa. (Foto: Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Alunan keroncong mengisi lembut udara malam di Alun-Alun Blitar, Sabtu malam (13/9/2025). Ribuan warga memadati arena untuk menyambut puncak Festival Keroncong Svaranusa 2025 yang digelar Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Blitar. 

Sorot lampu panggung berwarna keemasan menandai sebuah peristiwa budaya yang melampaui hiburan semata: sebuah panggung persatuan bertajuk Bhineka Tunggal Irama.

Baca Juga : Ziarah ke Makam Bung Karno, Menbud Fadli Zon Apresiasi Kota Blitar sebagai Penjaga Warisan Bangsa

Malam itu, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon hadir langsung. Didampingi Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin atau yang akrab disapa Mas Ibin, ia menegaskan kembali arti penting keroncong sebagai pusaka musik Nusantara.

Sejak sore, agenda Wali Kota Blitar sudah padat. Mas Ibin mendampingi kunjungan Menteri Kebudayaan di Makam Bung Karno dan Museum Bung Karno, kemudian bersama-sama menuju pusat kota untuk menghadiri puncak festival. Kehadiran menteri di Blitar membawa bobot simbolis: di kota tempat Bung Karno dimakamkan, keroncong kembali menemukan rumah yang sarat makna sejarah.

Dalam sambutannya, Mas Ibin menegaskan, Blitar berbeda dari kota lain yang pernah disinggahi rombongan Svaranusa. “Kota Blitar adalah bumi Bung Karno. Semangat proklamator kita inilah yang menjiwai seluruh acara malam ini,” ujarnya. Ia menekankan bahwa festival bukan hanya soal tontonan, tetapi juga bukti bahwa Blitar aman, damai, toleran, dan nasionalis.

Mas ibin

Tema yang diusung tahun ini, “Bhineka Tunggal Irama”, bukan sekadar permainan kata. Mas Ibin menyebutnya sebagai ungkapan cerdas yang membawa semboyan kebangsaan ke dalam panggung musik. Ia menjelaskan bagaimana setiap instrumen dalam orkes keroncong memiliki karakter berbeda, namun saat dimainkan bersama menghasilkan harmoni yang syahdu.

“Ini cerminan bangsa kita. Indonesia terdiri dari ratusan suku, ribuan bahasa, dan beragam budaya. Semua berbeda, tetapi berpadu dalam satu irama kebangsaan,” tutur wali kota.

Ia menambahkan, keroncong adalah suara perjuangan dan cinta tanah air. Karena itu, acara seperti Svaranusa bukan hanya pelestarian budaya, tapi juga sarana regenerasi. Generasi muda, menurutnya, perlu diperkenalkan kembali pada keindahan musik keroncong agar warisan ini tidak putus di tengah jalan.

Endah laras

Panggung malam itu dirangkai dengan alur pertunjukan yang teratur. Festival dibuka oleh Gita Abadi Tulungagung, dilanjutkan penampilan kelompok keroncong Donesia, kemudian Patria Irama Blitar yang menghadirkan nuansa klasik. Tari Heritage in Motion dan Sanggar Rara Ireng menambah warna tradisi di tengah suasana kota.

Acara berlanjut dengan seremoni pembukaan resmi, sambutan Wali Kota Blitar, lalu prosesi penghargaan untuk maestro keroncong. Menteri Kebudayaan Fadli Zon naik ke panggung memberikan sambutan, sekaligus menyerahkan penghargaan kepada para maestro seperti Waldjinah, Sundari Soekotjo, dan Tuti Maryati. Momen ini menjadi penegasan bahwa keroncong masih berdenyut, sekaligus penghormatan bagi para penjaga tradisi.

Maestro

Setelah itu, digelar prosesi simbolis peluncuran album Wirakarya Svaranusa 2025. Suasana semakin hangat dengan penampilan pelantun keroncong asal Makassar dan Silvy Kumalasari. Malam ditutup dengan performa penuh energi dari Endah Laras serta Is Pusakata yang membuktikan bahwa keroncong mampu berdialog dengan musik lintas generasi.

Kota Blitar, kata Mas Ibin, berkomitmen menjadikan festival sebagai ekosistem seni dan budaya. “Kota yang berbudaya adalah kota yang maju dan memiliki jiwa. Acara seperti ini memperkaya batin kita sekaligus menggerakkan roda ekonomi kreatif,” ucapnya.

Menbud Fadli Zon naik ke panggung disambut riuh tepuk tangan. Ia membuka sambutan dengan pantun sederhana: “Gitar berdenting di tepi kali, suaranya merdu menentramkan hati. Keroncong seni musik kebanggaan negeri, mari kita jaga bersama agar tetap lestari.”

Fadli menegaskan bahwa keroncong adalah bagian dari perjalanan bangsa. Ia mengingatkan publik bahwa lagu Indonesia Raya pertama kali direkam dalam format keroncong pada 1928. “Banyak yang tidak tahu, tetapi keroncong telah ikut mengiringi lahirnya bangsa ini,” katanya.

Baca Juga : Pacuan Kuda Kota Malang Diproyeksikan Jadi Magnet Event Tahunan Mulai 2026

Ia juga menekankan amanat Pasal 32 UUD 1945: negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia. “Budaya adalah harta sejati kita. Batu bara, minyak, dan nikel bisa habis, tetapi budaya akan lestari sepanjang ada manusianya,” ujar Fadli.

Menurutnya, masa depan ekonomi dunia akan bertumpu pada culture creative industry. Keroncong, dengan sentuhan teknologi, bisa menembus pasar global. Ia berharap Blitar sebagai tuan rumah mampu mengembangkan keroncong sebagai ekosistem budaya dan ekonomi kreatif.

Mbk

Sebelum menghadiri festival, Menbud menyempatkan diri berziarah ke Makam Bung Karno. Baginya, berziarah adalah cara mengingat jasa para pendiri bangsa. “Saya kira semakin banyak orang Indonesia yang perlu datang ke sini. Agar kita tidak lupa kepada para proklamator,” ujarnya.

Tak hanya itu, Menbud juga berkunjung ke Candi Penataran, cagar budaya terbesar di Jawa Timur. Menbud menilai candi yang dibangun sejak era Kediri, Singasari, hingga Majapahit itu punya makna penting bagi sejarah. Ia bahkan menyebut akan ada program pemugaran, melanjutkan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan di Candi Jago.

Festival keroncong Svaranusa ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga menjadi wujud pembangunan kebudayaan. Pemerintah Kota Blitar ingin menegaskan diri sebagai kota yang memajukan seni dan budaya, sejalan dengan identitasnya sebagai Kota Proklamator. Mas Ibin menutup sambutannya dengan pantun:

‘Lantunan keroncong di malam tenang, merdu berbisik kisah perjuangan.
Bung Karno hadir untuk dikenang, kobarkan semangat persatuan.’

Sementara itu, ribuan warga menikmati sajian musik tanpa dipungut biaya. Aloon-Aloon berubah menjadi ruang publik yang menyatukan berbagai kalangan, dari pejabat, seniman, hingga masyarakat biasa.

Is pusakata

Festival Keroncong Svaranusa 2025 membuktikan bahwa musik tradisi masih relevan. Lebih dari itu, acara ini menjadi wadah membangun jembatan antara masa lalu dan masa depan. Dari makam Bung Karno hingga panggung Aloon-Aloon, Blitar malam itu menyampaikan pesan: kebudayaan adalah mesin pembangunan yang sejati.

Menbud menutup dengan sebuah ajakan: “Marilah kita menjadi bagian penting dari kemajuan kebudayaan. Budaya adalah treasure kita, sumber kehidupan kita. Selama manusianya ada, budaya akan selalu berkelanjutan.”

Di bawah langit Kota Blitar, keroncong terus bergetar. Dari bumi proklamator, Bhineka Tunggal Irama digemakan, mengingatkan bangsa ini bahwa harmoni hanya akan lahir ketika perbedaan dirayakan. 


Topik

Pemerintahan Menteri Kebudayaan Menbud Fadli Zon Festival Keroncong Svaranusa Kota Blitar Bhineka Tunggal Irama



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Sri Kurnia Mahiruni