Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Budaya dan Seni

Pameran Seni Kurang Menarik? Simak Tips Dari Kuratorial Museum Mikke Susanto

Penulis : Irsya Richa - Editor : Lazuardi Firdaus

21 - Apr - 2018, 20:27

Mikke Susanto (kiri) saat mengarahkan peserta menata lukisan dalam maket di Omah Kitir, Kota Batu, Sabtu (21/4/2018). (Foto: Irsya Richa/BatuTIMES)
Mikke Susanto (kiri) saat mengarahkan peserta menata lukisan dalam maket di Omah Kitir, Kota Batu, Sabtu (21/4/2018). (Foto: Irsya Richa/BatuTIMES)

KOTA BATU - Kurangnya wawasan tentang penataan lukisan menjadi salah satu permasalahan yang cukup serius saat pameran seni rupa. Karena itu para peenggiat seni menggelar Seminar Nasional dan Workshop, Manajemen seni rupa, meliputi  seni display dan pameran seni rupa di Omah Kitir, Sabtu (21/4/2018).

Workshop ini langsung diberikan oleh seorang Konsultan Kuratorial Museum Istana Kepresidenan  RI Mikke Susanto. Selain memberikan materi, ia juga membagikan tips tentang cara penataan pameran seni rupa. Praktik itu diberikan langsung melalui maket yang telah dipersiapkan oleh panitia.

Baca Juga : Didi Kempot Gelar Konser Amal dari Rumah, Hanya 3 Jam Donasi Capai Rp 5,3 Milliar

Salah satu maket dibuat mirip seperti di galeri raos, replika lukisan hingga patung-patung itu mulai diarahkan pada tempat dan tembok yang sesuai. Sebab mereka yang akan menata lukisan itu harus memikirkan display ukuran pada tembok.

“Hargai setiap karya, sehingga kita harus mendekor ruangan itu terfokus pada karya itu. Jangan sampai yang bukan karya itu malah jadi titik fokusnya,” ujar Mikke.

Ia menjelaskan workshop yang diberikan itu lebih pada wawasan pekerjaan dan dinamika dunia pameran seni rupa. Secara khusus pada penataan obyek yang dipakai.

“Salah satu tema yang banyak ditanyakan yakni jenis kubus putih, pada ruang seperti itu tidak boleh menyantumkan,  meletakkan pot atau unsur hias harus dihilangkan,” kata pria yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogjakarta ini.

Lalu dalam penataan pameran seni rupa jangan sampai langit-langit lebih terlihat rumit dari tembok dan lantai, agar pengunjung yang menikmati karya tidak terfokus hal lainnya. “Misalnya pada museum sejarah menggunakan rumah asli. Itu kan sesuai dengan tema,” ujarnya.

Baca Juga : SBY Persembahkan 'Cahaya Dalam Kegelapan', Lagu Bagi Para Pejuang Covid-19

Sementara itu, Art Director Managemen Workshop Ayu Nur Aisyah menambahkan kegiatan ini digelar karena di daerah Malang Raya masih kurang mengerti akan art management mendisplay dan menghargai suatu karya. “Asal bikin karya, lalu didisplay asal-asalan. Kalau begitu pengunjung pun juga bisa juga tidak menghargai, dan di sini masih belum banyak yang mengerti akan hal tersebut,” jelas Ayu. 

Karena itu digelarnua kegiatan ini mendapatkan respon yang luar bisa oleh masyarakat terutama mereka yang tertarik akan dunia seni rupa. Totalnya ada 34 peserta yang mengikuti dari berbagai daerah seperti Malang Raya, Jember, Surabaya, Bondowoso, Bali, Bandung dan sebagainya. 

“Sebenarnya hanya kami sediakan 30 kuota, tapi membludak. Ya karena itu tadi mereka ingin mengetahui manajemen pameran seni rupa, dan harapannya mereka nantinya bisa mengaplikasikan yang telah diberikan dalam workshop,” tutupnya.


Topik

Hiburan, Budaya dan Seni kota-BATU batutimes batu


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Irsya Richa

Editor

Lazuardi Firdaus