MALANGTIMES - Gunung Arjuno begitu dikenal sebagai tempat pemujaan dan pertapaan dimasa Majapahit. Oleh sebab itu, di kawasan ini banyak ditemui bekas-bekas peninggalan sejarah Majapahit. Bahkan di gunung berketinggian sekitar 3.339 mdpl ini terkenal dengan kisah mistis dan mitos di kalangan para pendaki. Mitos apa sajakah itu? Ini dia ulasannya.
1. Ngunduh Mantu
Baca Juga : Ditemukan Sepatu, Kaus Kaki, Topi di Dekat Hilangnya Pendaki Gunung di Kota Batu
Pengalaman mendengar lantunan suara gamelan di tengah gunung diceritakan dari banyak tempat pendakian, termasuk di Arjuno-Welirang. Inilah yang dalam bahasa Jawa disebut 'Ngunduh Mantu' atau ritual prosesi pernikahan adat Jawa.
Penambang belerang maupun para pendaki kadang mendengar lantunan suara gamelan Jawa untuk acara pernikahan. Menurut penuturan warga sekitar, jika lagu tersebut sudah dilantunkan, disarankan para pendaki tidak melanjutkan perjalanan ke puncak. Jika memaksakan untuk terus ke puncak pendaki bisa hilang atau tersesat.
2. Arjuna
Dikisahkan, Arjuna (tokoh pewayangan) melakukan pertapaan di sebuah gunung dengan khusyuk selama berbulan - bulan. Tubuh Arjuna lalu mengeluarkan sinar dan memiliki kekuatan yang luar biasa, hingga membuat kacau Kahyangan.
Bumi berguncang, Kawah Condrodimuko menyemburkan lahar, petir menggelegar di siang hari, hujan turun dan menimbulkan banjir. Kemudian gunung tempat Arjuna bertapa terangkat ke langit. Para Dewa yang khawatir, berusaha untuk menghentikan Arjuna dari pertapaan tersebut.
Batara Ismaya diturunkan ke Bumi dengan menjelma menjadi Semar. Dengan kedigdayaannya, Semar memotong puncak gunung tempat Arjuna bertapa dan dilemparkan ke tempat lain. Hingga Arjuna terbangun dan mendapat nasehat dari Semar untuk tidak melakukan pertapaannya lagi. Selanjutnya, tempat pertapaan tersebut disebut Gunung Arjuno, dan potongannya dinamai Gunung Wukir.
3. Petilasan
Situs-situs peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singhasari banyak ditemukan di Gunung Arjuno. Di antaranya, petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang Sekutrem, Eyang Sakri, Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan Sepilar.
Menurut mitos yang banyak diyakini, peninggalan sejarah tersebut dijaga oleh Bambang Wisanggeni yang merupakan anak dari Arjuna dengan Bathari Dresanala. Petilasan - petilasan ini sering digunakan orang zaman dahulu untuk pertapaan.
Banyak masyarakat yang percaya jika orang yang melakukan pertapaan tersebut akan 'muksa' (menghilang dengan jasadnya). Meski tak terlihat, namun para pertapa yang muksa tersebut diyakini masih menjaga tempat itu hingga waktu yang tidak diketahui.
4. Pasar Dieng
Baca Juga : Lari seperti Kesurupan, Pendaki Hilang di Gunung Buthak Panderman Batu
Dari Pos Watu Gede menuju puncak Arjuno terdapat wilayah yang cukup luas dan ketinggiannya hampir sama dengan puncak Arjuno (Puncak Ogal-agil). Para pendaki sering menyebutnya Pasar Dieng atau Pasar Setan. Di kawasan ini juga terdapat makam beberapa pendaki.
Konon, pernah ada pendaki yang membuka tenda di wilayah tersebut untuk bermalam sebelum menuju puncak. Ketika malam hari, ia dikejutkan dengan suasana gaduh di luar tendanya, pendaki itu 'melihat' sebuah pasar yang sangat ramai.
Ia berkeliling pasar dan membeli sebuah jaket lalu kembali ke tenda. Ketika ia terbangun di pagi hari, kawasan sekitar tendanya sepi bahkan tak ada bekas pasar sedikitpun. Jaket yang dibelinya masih ada, namun uang kembalian yang diberikan oleh pedagang pasar tersebut berubah menjadi daun.
5. Alas Lali Jiwo
Terdapat sebuah tempat sebelum pendaki mencapai puncak Gunung Arjuno yang dinamai Alas Lali Jiwo atau berarti hutan lupa diri. Kepercayaan setempat menyebutkan orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati daerah itu akan tersesat dan lupa diri.
Beberapa ahli spiritual menyebut kawasan Alas Lali Jiwo banyak dihuni oleh para Jin. Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang selanjutnya. Konon pendaki tersebut dibawa untuk dikawinkan dengan bangsa Jin Alas Lali Jiwo.