MALANGTIMES - Tahun 1983 gerhana matahari total (GMT) menjadi fenomena yang menakutkan. Saat itu, presiden Indonesia, Soeharto melarang masyarakat untuk melihat proses terjadinya gerhana secara langsung karena dapat menyebabkan kebutaan.
Belum ada pengetahuan yang rasional untuk menyiasati proses pengamatan gerhana.
Baca Juga : Banyak Penolakan Jenazah Pasien Corona, Berikut Pergulatan Komentar di Media Sosial
Rektor Universitas Machung, Chatief Kunjaya mengatakan pemerintah kala itu melarang warga untuk keluar dari rumah karena alasan keselamatan.
Ia menceritakan pengalamannya saat melakukan pengamatan di Solo. Kota Solo saat itu tak ubahnya seperti kota mati, tidak ada aktifitas sama sekali, kecuali hansip yang bertugas untuk melarang warga keluar dari rumah serta peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dulu ketika masyarakat belum memahami apa itu GMT, karena proses terjadinya GMT saat siang hari langit dimana langit yang awalnya cerah kemudian menjadi gelap, muncul beberapa mitos untuk memaknai fenomena alam tersebut.
Seperti mitos yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, dimana matahari hilang karena ditelan makhluk lain. Adapula keyakinan kuno Tiongkok, gerhana diyakini sebagai peristiwa matahari ditelan oleh naga raksasa.
Lain dulu lain sekarang, kini masyarakat telah memahami bahwa fenomena alam yang langka ini bukan untuk ditakuti.
Di Singosari Kabupaten Malang, tampak masyarakat melakukan aktifitas seperti biasa, yang berbeda hanya saat pukul 06.30 warga berbondong-bondong ke masjid sekitar untuk melakukan salat gerhana.
Baca Juga : Polisi dan Pemkot Imbau Masyarakat Tak Panik dan Panic Buying Hadapi Corona
"Selain salat gerhana tersebut sunnah, kita juga berdoa semoga proses terjadinya gerhana matahari lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar salah satu jamaah, Eko Maswan, Rabu (9/3/2016).
Meskipun di Malang Raya terjadi gerhana matahari sebagian, hanya 83 persen. Namun masyarakat tidak ingin melewatkan fenomena langka ini. Luna dan Fandy, murid kelas 3 SD Candirenggo 4 ingin melihat langsung proses terjadinya gerhana matahari.
Mereka nekat hanya memakai kacamata gelap biasa untuk melihat proses terjadinya gerhana matahari.
"Saya sempat disuruh lihat dari tivi saja oleh ibu, karena nanti matanya rusak, akhirnya saya ambil kacamata hitam biasa untuk melihat," ujar Fandy. (*)