MALANGTIMES - Kampung tematik sebagai salah satu spot wisata andalan Kota Malang masih merasakan dampak pandemi Covid-19. Hal tersebut mengingat selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ini, pemerintah terpaksa menutup akses wisata. Pengelola wisata di Kampung Tematik pun juga harus membatasi pengunjung.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang, I Made Riandiana Kartika. Terutama menurut Made, dari beberapa evaluasi yang ia lakukan soal Kampung Tematik, sudah diperkirakan bahwa Kampung Tematik yang susah untuk bertahan, adalah yang terbentuk secara Top Down.
"Pernah itu kita bahas juga. Bahwa kampung-kampung tematik yang diangkat dari atas, atau Top-Down pasti tidak akan bertahan. Tapi kampung tematik yang diangkat dari bawah, yang dibentuk atas kesadaran warganya, itu akan lebih bertahan," ujar Made ditemui di Rumah Dinas Ketua DPRD Kota Malang, Sabtu (14/8/2021).
Sehingga saat ini menurut Made, masyarakat memiliki peluang untuk dapat membuat sebuah kampung tematik. Sementara dalam hal ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang lebih bertindak ke arah untuk memberi dorongan kepada masyarakatnya.
"Jadi sekarang pemerintah lebih hanya sebagai pendorong saja. Silahkan warga menjalankan, membuat kampung tematik yang seperti apa. Tapi yang sifatnya dari bawah, atau bottom-up. Tentu atas kultur dan budaya masyarakat tersebut," imbuh Made.
Menurut dia, Kampung Tematik yang memang dibentuk secara Bottom-Up dinilai akan lebih kuat dalam menghadapi pergerakan di segala kondisi. Termasuk di masa sulit seperti pandemi saat ini.
"Kalau kampung tematik yang dibentuk dari komunitas yang ada di bawah, itu akan lebih kuat. Dengan kondisi apapun, mereka ini sudah terbentuk. Karakternya sudah terbentuk," ujarnya.
Dari pantauannya, beberapa kampung tematik yang terbentuk secara Top-Down adalah seperti Kampung Glintung Go Green dan wisata Kampung Topeng. Sementara kampung tematik yang terbentuk secara Top-Down berdasarkan kultur dan budaya masyarakatnya adalah Kampung Budaya Polowijen.
"Nah yang kita harapkan sekarang kalau memang dari bawah, pemerintah tinggal mensupport saja. Baik berupa kebijakan maupun bantuan yang bersifat sarana dan prasarana. Tapi untuk pengelolaan tetap dikembalikan kepada masyarakat. Apalagi untuk Kampung Tematik, lewat Pokir Dewan kan sudah bisa," pungkasnya.