MALANGTIMES - Siapa sangka, eks narapidana teroris (napiter) yang pernah tergabung Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) di berbagai wilayah di Malang atau Jawa Timur (Jatim) kini telah berubah 180 derajat. Mereka kini sudah tidak lagi berkutat dengan terorisme. Mereka justru memulai hidup baru dengan membuka usaha yang mengubah kehidupan mereka semakin baik.
Empat orang mantan kelompok ISIS, yakni Syahrul Munif, Muhidin, Sutrisno dan Irvan hadir memenuhi undangan dari konsultan komunikasi dan motivator, Aqua Dwipayana Rabu (4/11/2020) di salah satu restoran di Kota Malang.
Baca Juga : Budiman Sudjatmiko Ungkap Sosok Lain yang Layak Jadi Pembela Muslim di Prancis
Dalam kesempatan itu, keempat eks napi teroris sedikit mengulik sejarah ia mulai bergabung ISIS, tertangkap Densus 88 Antiteror, hingga bebas dari penjara dan kemudian memulai hidup baru dengan kehidupan normal di tengah masyarakat.
Sedikit mengingat, Syahrul Munif sempat menggemparkan warga Jalan Wijaya, Singosari, Kabupaten Malang. Dari keterangan polisi, Syahrul merupakan anggota jaringan Abu Jandal, petinggi ISIS asal Indonesia.
Syahrul yang pernah mengikuti latihan di Syiria ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri pagi tadi. Namun, warga baru mengetahui Sahrul ditangkap saat Densus bersama Brimobda Ampeldento serta Polres Malang datang melakukan penggeledahan di rumahnya, Senin (19/6/2017) silam.
Dari keterangannya, Syahrul menyatakan bahwa di Malang saat ini ada perkumpulan eks napiter yang sudah bertaubat dan mulai jalan dengan kehidupan normal di tengah masyarakat. Mayoritas di antara mereka mulai membuka usaha untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Syahrul, perkumpulan ini adalah untuk membuat suatu kelompok komunikasi antara napiter yang sudah taubat dengan tetap mendapat pengawasan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang saat ini dipimpin oleh Komjen Pol Boy Rafli Amar.
"Di Malang adalah perkumpulan sekitar 15 sampai 16 orang. Dan kami melakukan jihad yang realistis di Indonesia, karena jihad di Indonesia dengan di Afganistan, Suriah atau yang lainnya itu berbeda. Jihad yang cocok di Indonesia adalah jihad kompetensi, yaitu membuat suatu produk, karena dari situ kita harus mampu merubah stigma masyarakat (tentang eks napiter)," ungkap Syahrul.
"Untuk kembali itu susah, kita harus mencintai sesama. Kami harus bisa membuktikan kalau kami bisa berubah. Dan mungkin kesan sebagai terorisme sangat menakutkan (bagi masyarakat)," imbuhnya.
Produk-produk yang dihasilkan mantan napiter cukup beragam. Syahrul Munif dari Singosari misalnya yang kini membuat permen, Muhidin dari Surabaya yang memproduksi obat herbal dan konveksi, lalu ada Sutrisno dari Jabung yang membuat kerajinan sangkar burung dan pernak-pernik, lalu Irvan dari Probolinggo yang baru memulai bisnis dengan membuka potong rambut.
"Ini pertemuan lanjutan dari tanggal 26 Oktober 2020, waktu itu diajak kepala BNPT Boy Rafli Amar menemui para napi teroris di Bukit Cemara Tujuh, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Begitu datang, saya tertarik dengan programnya itu. Mereka pakai seragam begitu. Mungkin ini jalan Allah ya menggerakkan hati saya, karena ini kan saudara kita juga, dan dalam mata batin saya mereka ini kan orang baik juga. Lalu saya ijin ke pak Boy untuk saya bisa silaturahmi ke mereka (napiter). Bagaimana saya bisa mendengarkan keluh kesah mereka dan bisa memotivasi mereka, Alhamdulillah diizinkan," papar Aqua Dwipayana.
Menurut Aqua, mantan napiter yang sudah bertaubat ini luar biasa di matanya. Meski mereka memiliki masa lalu negatif, tapi ia memahami latar belakang mereka kenapa mereka bisa melakukan hal seperti itu.
Baca Juga : Presiden Macron Tulis Klarifikasi Pakai Bahasa Arab di Twitter, MUI Tuntut Minta Maaf
"Dan mohon maaf, sederhananya itu kita tidak boleh men-judge mereka. Nyatanya mereka bisa membuat berbagai produk, karena saya tidak melihat masa lalunya, tapi masa depannya. Teman-teman ini butuh sentuhan, butuh mentor untuk memotivasi. Akhirnya saya bisa bertemu dan memotivasi mereka. Kalau saya bilang, tunjukkan kepada masyarakat bahwa kami ini mantan napiter. Tapi itu dulu, sekarang mereka bisa berubah dan bisa memberikan warna positif di tengah masyarakat," ujar pria yang pernah bekerja sebagai wartawan di Malang itu.
Dalam hal ini, Aqua bertindak sebagai motivator informal bagi eks napiter. Hal itu karena eks napiter juga mendapat bimbingan dari Balai Pemasyarakatan (Bapas) Malang untuk memulai kehidupan normal di tengah masyarakat.
"Sebenarnya saya ini informal saja, melihat bahwa siapapun yang bisa saya motivasi ya saya motivasi. Termasuk wartawan juga saya motivasi. Era sekarang ini saatnya berbuat baik kepada masyarakat. Karena mungkin ada masyarakat yang sudah hopeless dengan keadaan pandemi dan merasa sudah gelap atau kurang semangat, padahal mereka kurang sentuhan saja," kata dia.
Sementara itu salah satu staf Bapas Malang, Enny Umronah mengatakan bahwa eks napiter ini merupakan orang yang mendapatkan pembebasan bersyarat melalui program reintegrasi. Itu dibuktikan dengan diterbitkannya justice kolaborator dari penegak hukum terkait.
"Mereka menjalani program pembimbingan di balai pemasyarakatan setempat atau dimana mereka berdomisili. Pembimbingan itu yang dilakukan adalah kami melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka agar dapat diterima di tengah masyarakat kembali dan tidak melakukan pelanggaran hukum," kata Enny.
Lalu prosesnya seperti apa? Enny melanjutkan dalam hal ini mereka rutin melapor ke Bapas, kemudian dari Bapas akan melakukan pengawasan terkait proses integrasi dari masyarakat apakah ada kendala atau masalah lainnya. Bapas akan menghubungkan mereka dengan pihak yang bisa meningkatkan potensi mereka.
"Ketika mereka mendapatkan program pembebasan bersyarat, mereka sudah lulus untuk justice kolaborator NKRI. Dalam proses reintegrasi sosial, itu melakukan pembimbingan kepada mereka. Adaptasi pertama kepada keluarga, karena mereka berada di Lapas sekian lama, mau tidak mau terpisah dengan keluarga dan ada hal yang berubah. Lalu proses adaptasi kepada lingkungan masyarakat setempat, bagaimana interaksi mereka dengan tetangga, kemudian kegiatan sosial yang mereka ikuti. Kemudian yang ketiga peningkatan kehidupan mereka. Dalam hal ini adalah pekerjaan ini adalah salah satu hal yang turut mengantarkan mereka pada proses kembalinya mereka ke masyarakat. Kami juga melakukan jejaring kepada dinas terkait untuk membantu mereka membuat produk jualan yang dibuat," papar Enny.
Pada kesempatan itu juga, eks napiter sangat antusias mendapat motivasi yang diberikan Aqua Dwipayana. Awalnya, mereka terlihat kaget karena banyak wartawan yang datang. Namun setelah dijelaskan oleh Aqua, akhirnya mereka menerima dengan baik dan sharing tentang apa yang harus dilakukan keesokan harinya.
