Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Politik Mereka Bicara SanDi (2)

39 Tahun Jadi Modin Kematian, Kakek Usia Kepala 7 Ini Mantap Pilih SanDi

Penulis : Ashaq Lupito - Editor : Heryanto

28 - Oct - 2020, 22:02

Modin Kematian asal Kecamatan Wajak (peci putih, dua dari kanan) saat menemui Calon Bupati Malang Sanusi dari paslon SanDi nomor urut 1 untuk menyampaikan aspirasinya (Foto : Ashaq Lupito / MalangTIMES)
Modin Kematian asal Kecamatan Wajak (peci putih, dua dari kanan) saat menemui Calon Bupati Malang Sanusi dari paslon SanDi nomor urut 1 untuk menyampaikan aspirasinya (Foto : Ashaq Lupito / MalangTIMES)

MALANGTIMES - Usianya boleh renta, tapi semangatnya masih seperti anak muda. Kalimat itu sepertinya layak untuk disematkan kepada Misiun warga Dusun Bangsri, Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

Bagaimana tidak, di usianya yang sudah menginjak lebih dari kepala tujuh, Misiun masih aktif menjadi modin kematian di wilayah Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

Baca Juga : Program 1.000 Start Up, Paslon SanDi Fasilitasi Pengusaha Dapat Sertifikasi Halal Gratis

”Saya sudah menjadi modin kematian selama 39 tahun,” ungkap pria 74 tahun itu saat ditemui media online ini, Selasa (27/10/2020) lalu.

Rasa kemanusiaan dan kepedulian antar sesama itulah, yang membuat Misiun enggan meninggalkan rutinitasnya sebagai modin kematian. Meski terbilang loyal, namun kakek renta ini sering kerepotan saat mengurus jenazah yang ada diwilayahnya. Yakni di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

Alasannya, tubuh rentanya tersebut kadang harus berjuang untuk mengurus jenazah di luasnya wilayah yang dia naungi.

”Saya menjadi modin kematian di beberapa RT yang ada di Desa Patokpicis. Kadang kalau menguburkan jenazah, saya bisa menempuh perjalanan hingga lebih dari 13 kilometer,” ucap Misiun.

Beruntung, perjuangan Misiun tersebut perlahan mulai bisa diatasi semenjak Sanusi dilantik sebagai Bupati Malang pada 2019 silam.

”Abah Sanusi (sapaan calon Bupati Malang, Sanusi) ini sering menyapa warga, makanya sering mendengar keluhan kami. Terutama soal akses jalan yang rusak, saat ini setelah beliau jadi Bupati Malang jalan perkampungan sudah banyak yang diaspal. Sehingga saya tidak perlu menempuh medan yang susah saat memulasarakan jenazah,” ungkap kakek yang mengabdi sebagai modin kematian ini.

Atas segala pertimbangan itulah, Misiun memantapkan diri untuk kembali memilih Calon Bupati Malang dari nomor urut 1 paslon SanDi (Sanusi-Didik Gatot Subroto), saat dirinya mengetahui sosok yang ambil andil besar dalam perbaikan jalan perkampungan itu, kembali mencalonkan diri sebagai Bupati Malang.

”Saya pribadi mantap dan yakin akan kembali memilih Abah Sanusi, tanggal 9 Desember (2020) saya akan pergi ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk mencoblos Abah Sanusi,” tegasnya.

Selain berterimakasih karena jalan perkampungan sudah diaspal, sosok pimpinan jamaah PDIP (Paguyuban Dakwah Islam Patokpicis) ini, juga berharap agar Abah Sanusi kembali menjabat Bupati Malang. Salah satu alasannya, karena Sanusi dianggap calon Bupati Malang yang paling peduli dengan sektor keagamaan.

Baca Juga : Makna Sumpah Pemuda Bagi Generasi Milenial di Kursi DPRD Kota Malang

 

”Tadi (Selasa 27/10/2020) saya ketemu lagi dengan Abah Sanusi. Saya mewakili warga Desa Patokpicis untuk meminta terop kematian. Kemudian Abah Sanusi menyanggupi untuk pengadaan itu (terop, red). Hal itu menunjukkan jika Abah Sanusi memang peduli terhadap sektor keagamaan,” ungkapnya.

Sekedar diketahui, selama diamanahi menjadi modin kematian sepanjang 39 tahun, Misiun mengaku prihatin terhadap keluarga duka yang keluarganya telah meninggal. Sebab, untuk menggelar acara keagamaan, yakni doa bersama, keluarga yang sedang berduka tersebut kesusahan menyediakan tempat yang memadai.

”Selama ini kalau nderes (baca al-quran, red) dan tahlil di rumah keluarga duka, selalu berdesak-desakan. Soalnya rumah warga sini mepet jalan perkampungan, makanya tadi saya usul ada fasilitas terop kematian,” ungkap kakek yang mengklaim memiliki jamaah pengajian 4 ribuan orang ini.

Bukan tanpa alasan, kepada media berjejaring nasional ini, Misiun usul minta pengadaan terop kematian itu dengan harapan bisa meringankan beban warga yang keluarganya ada yang meninggal.

”Di sini sewa terop mahal, sehari Rp 300 ribuan. Kalau sampai selesai, 7 hari itu sewanya bayar Rp 1 juta. Makanya saya minta setidaknya 2 tangkep (terop, red) ukuran 6 x 8 meter untuk membantu warga disini (Desa Patokpicis),” pungkasnya.

Seperti yang sudah diberitakan, Calon Bupati Malang dari paslon SanDi nomor urut 1, Sanusi mengaku menyanggupi permintaan warga tersebut. Namun demikian, terkait alokasi anggaran pihaknya masih akan meminta persetujuan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Malang.

”Semua pengeluaran itu harus dianggarkan, sedangkan alokasi anggaran pengadaan itu harus dengan persetujuan anggota dewan. Tapi pasti apa yang jadi kebutuhan masyarakat Kabupaten Malang akan kita prioritaskan, termasuk terop kematian itu,” ucap Sanusi.


Topik

Politik


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Ashaq Lupito

Editor

Heryanto