MALANGTIMES - Metode pembelajaran tatap muka di Kota Malang tengah dipertimbangkan untuk dilaksanakan pada masa pandemi covid-19. Itu seperti yang mulai dilakukan uji coba atau simulasi sekolah tatap muka di SMPN 8 Malang hari ini (Rabu, 19/8/2020).
Uji coba dilakukan karena segala aktivitas sekolah memang dibatasi. Mulai dari harus menjaga jarak, wajib memakai masker, hingga membatasi jadwal pembelajaran dari pukul 07.00 -12.00.
Baca Juga : Wajib Bawa Bekal dari Rumah, Giliran SMPN 8 Malang Lakukan Simulasi Sekolah Tatap Muka
Meski begitu, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang meminta pihak sekolah untuk tetap memberlakukan skema pembelajaran secara daring. Hal tersebut dilakukan untuk memfasilitasi jika ada siswa yang tidak bisa menjalankan sekolah tatap muka. Misalnya, siswa yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Alasannya, siswa dengan riwayat penyakit itu rentan terpapar virus, termasuk covid-19.
"Disarankan tidak masuk dulu (siswa yang memiliki penyakit penyerta). Ikut pembalajaran daring dulu," ujarnya ditemui saat meninjau uji coba sekolah tatap muka di SMPN 8 Malang.
Simulasi pembelajaran tatap muka ini memang diharapkan bisa diikuti oleh sekolah lainnya di Kota Malang. Meskipun, untuk menentukan sekolah tatap muka secara resmi, wali kota masih belum bisa memastikan.
Hal itu akan disesuaikan dengan kesiapan masing-masing sekolah dalam menjalankan protokol kesehatan pencegahan covid-19, seperti yang ia nilai di SMPN 8 Malang kali ini. Yakni memberlakukan setiap kelas berkapasitas 50 persen saja, bangku bagi siswa harus berjarak, tak boleh berpindah tempat, menjalankan istirahat tetap di dalam kelas dan memakan bekal yang dibawa masing-masing.
"Perkara kapan akan dilakukan (sekolah tatap muka secara resmi), saya tidak bisa secara serentak. Tentu dilihat dari kesiapan sekolah masing-masing," tandasnya.
Baca Juga : Pertama Kalinya, Kampus NU di Malang Kalahkan Peringkat Universitas Milik Muhammadiyah
Sementara itu, salah satu orang tua siswa, Ayu Diawi Ismayawati, mengaku dilema. Namun, melihat tingkat keefektifan belajar daring dan aktivitas anaknya, ia menyetujui akan sekolah dengan tatap muka.
Hanya, dia juga mengharapkan adanya solusi bagi orang tua siswa yang kesulitan untuk antar jemput anaknya. Sebab, banyak dari orang tua yang juga harus bekerja.
"Setuju, asalkan protokol kesehatannya harus dijalankan. Kalau anak-anaknya melanggar harus betul-betul ditegur. Yang jadi dilema bagi orang tua, itu harus menjemput dan diantarkan. Ini kalau orang tua yang bekerja kan nggak bisa menjemput, sedangkan anaknya gimana. Ini yang kami harapkan juga ada solusi," ungkapnya.
