MALANGTIMES - Hal yang paling penting dari proses pendidikan adalah bagaimana seorang pendidik memberikan pendidikannya atau pembelajarannya kepada siswa. Jadi, peran pendidikan itu utamanya ada pada proses pembelajaran. Nah, pembelajaran itu utamanya ada pada pendidik.
Baca Juga : Diskusi Alquran dan Ekonomi UIN Malang, Ungkap Rambu-Rambu Penting Kehidupan
Hal ini disampaikan oleh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) Dr Muhammad Walid MA.
"Maka guru itu lah yang punya peran penting untuk bisa mengarahkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik," ucapnya.
Walid menjadi salah satu narasumber dalam diskusi tematik "Al-Qur'an dan Pendidikan" pada acara Syiar Ramadhan 1441 H UIN Malang. Acara yang disiarkan setiap hari ini digelar di hall Rektorat UIN Malang. Jumlah peserta yang datang terbatas dan tetap memperhatikan physical distancing. Rektor UIN Malang Prof Dr Abdul Haris MAg bertindak langsung sebagai host.
Walid menjelaskan bahwa pada dasarnya di diri manusia itu terdapat potensi-potensi yang sudah cukup baik. Di dalam Alquran, kata Walid, juga dijelaskan bahwa janin pada saat umur 3 bulan dalam kandungan sudah mengadakan semacam MoU atau nota kesepakatan dengan Allah.
"Allah bertanya, 'Apakah kamu bersaksi bahwa saya adalah Tuhanmu?' Maka janin yang ada di dalam kandungan itu mengatakan, 'Ya, saya bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhanku," jelas Walid.

Nah, ini menandakan bahwa sebenarnya fitrah utama manusia adalah menjadi baik. Maka, kriteria guru baik adalah dia harus bisa melihat potensi siswanya itu. Sehingga dengan melihat potensi siswanya itulah dia akan lebih berhasil.
"Kampus Merdeka misalnya, sekarang diberikan pilihan-pilihan untuk menyesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Sehingga tidak melulu anak belajar pada satu program studi. Dia boleh memilih program studi yang lain sesuai dengan potensi yang dimiliki," paparnya.
Baca Juga : Akademisi UIN Malang Bicara Peradaban Baru Dunia dalam Alquran
Kampus Merdeka merupakan konsep baru, merdeka belajar di perguruan tinggi yang dirilis oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Dalam konsep Kampus Merdeka, Nadiem memberikan keleluasaan bagi mahasiswa untuk mempelajari minatnya dengan jatah dua semester untuk kegiatan di luar kelas.
"Kebijakan seperti itu baik karena di dalam proses pendidikan di Indonesia ini sejak awal belum ada proses yang lebih mengedepankan kepada potensi yang dimiliki anak," tegasnya.
"Jadi kebijakan ini juga harus diakomodir karena akan memupuk potensi yang ada di dalam diri anak dan semua guru harus mengenali siswanya," timpal Prof Haris.
Senada dengan Walid, Dosen FITK Dr Umi Machmudah MA menyampaikan bahwa pendidik juga harus mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Selain itu, harus ada komunikasi secara timbal balik di antara keduanya seperti Nabi Ibrahim tatkala akan menyembelih anaknya, Nabi Ismail.
"Ada komunikasi yang timbal balik antara pendidik dan terdidik. Dan terdidik harus tahu apa maunya pendidik bahwasanya yang dilakukan adalah hal yang baik hal untuk menuju kepada kemajuan," tukasnya.