MALANGTIMES - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang kembali membuka diri dalam memberikan pelayanan primanya kepada masyarakat dengan menggandeng elemen masyarakat di luar pemerintahan.
Kini, Pemkab Malang menggandeng Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebuah organisasi organisasi nirlaba profesional yang memfokuskan kerja-kerja kemanusiaan pada penanggulangan bencana mulai fase darurat sampai dengan fase pemulihan pasca-bencana.
Baca Juga : Terkuak, Data Petani Terkena Limbah Greenfields Sejak Tahun Lalu Telah Dilaporkan, Tapi...
Dalam upaya pemenuhan air bersih gratis untuk masyarakat Kabupaten Malang yang kerap dihajar kekeringan dan kekurangan air di musim kemarau panjang.
Kerjasama ini pun secara langsung dihadiri oleh Bupati Malang Sanusi yang juga secara resmi melaunching program Lumbung Air Wakaf dan Air Minum Wakaf Gratis, di komplek Pergudangan KL Bliz Hub, Kecamatan Singosari.
Sanusi yang mewakili Pemkab Malang menyampaikan, bahwa pihaknya tentu sangat membuka diri atas adanya intervensi positif dari elemen masyarakat manapun yang bertujuan membangun wilayahnya.
Khususnya terkait berbagai program kemanusiaan yang memang tak bisa hanya ditangani oleh Pemkab Malang sendirian.
"Kita sangat mengapresiasi hal ini. Kita mengenal ACT yang telah lama berkiprah dalam berbagai program kemanusiaan selama ini. Apalagi program terkait lumbung air wakaf ini juga bisa membuat seluruh masyarakat lebih peduli terkait hal ini," ucapnya dalam peresmian kerjasama tersebut, Rabu (18/12/2019).
Apresiasi itu memang layak disampirkan. Dengan kondisi tahunan di berbagai wilayah Kabupaten Malang yang mengalami kekeringan dan menyebabkan pemenuhan air bersih tak bisa diakses sesuai kebutuhan sehari-hari.
Lumbung Air Wakaf dan Air Minum Wakaf Gratis, bisa jadi daya gedor untuk meminimalisir sebaran wilayah kekeringan sepanjang memasuki musim kemarau panjang.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, tahun 2019 terdapat setidaknya 19 desa di sembilan kecamatan yang berpotensi mengalami kekeringan serta bisa saja terjadi di tahun depannya saat musim kemarau.
Kondisi yang terus berulang itu memperlihatkan walaupun Pemkab Malang terus melakukan suplai air bersih ke wilayah kekeringan, tapi sifatnya hanyalah sementara.
Kekeringan akan kembali terjadi di tahun berikutnya, sehingga pengulangan pola bantuan menjadi rutinitas tahunan tanpa menyelesaikan akar permasalahan.
Kehadiran ACT yang memiliki target distribusi 10 ribu karton per bulan di wilayah kekeringan Kabupaten Malang, dimungkinkan bisa mempercepat penyelesaian persoalan itu.
Baca Juga : Hama Tikus Bikin Buntung, Dinas Pertanian : Alat Bantuan Masih Terkendala Lelang
Selain dengan berbagai program jangka panjang lainnya, yaitu sumur wakaf yang telah terbangun satu di wilayah Kabupaten Malang.
"Kita telah berupaya dalam persoalan air bersih, tapi tentunya dengan adanya dukungan pihak luar akan semakin kuat apa yang kita harapkan. Apalagi program ini sekali lagi juga bisa menguatkan kepedulian masyarakat atas persoalan yang menimpa saudara lainnya di Kabupaten Malang," ucap Sanusi yang menyebutkan Pemkab Malang sudah standby 10 tangki air bagi masyarakat di wilayah langganan kekeringan.
Selain itu, pembangunan sumur bor dengan 28 titik dan diprogramkan lagi sebanyak 20 titik di Kabupaten Malang.
"Jadi kita terus berupaya selama ini. Alhamdulillah kini kita bersama ACT untuk bersama mengatasi persoalan ini," tandas Sanusi.
Direktur Program ACT Wahyu Novyan, dikesempatan yang sama menyampaikan, bahwa pihaknya tak hanya bergerak di lumbung air wafakt dan air bersih saja dalam menjalankan berbagai programnya.
Tapi juga kegiatan bedah rumah korban bencana alam dan program Brisi (beras untuk santri).
Selain hal itu program Lumbung Beras dan Lumbung Ternak pun telah berjalan diberbagai daerah.
"Untuk pengembangan wakaf air minum dalam kemasan kita juga akan sinergikan program Bank Sampah yang dikelola di Malang, Jember dan Surabaya. Tujuannya, diantaranya mengedukasi semuanya untuk lebih sadar atas lingkungan sekitarnya," ucap Wahyu.