MALANGTIMES - Perkembangan karya drawing mulai menunjukkan jati diri sebagai karya yang utuh sejak era 70-an. Termasuk di Indonesia, kali ini sebanyak 127 perupa dari berbagai daerah memamerkan karya drawing mereka dalam pergelaran Mini Art Malang (MAM) #2 di gedung Dewan Kesenian Malang (DKM) di Jalan Mojopahit, Kota Malang.
Pameran yang diselenggarakan Studio Dinding Luar (SDL) itu memamerkan ratusan karya dengan berbagai genre dan media. Mulai dari gaya realis, surealis, hiperealis, pop art, dan lain-lain. Mengangkat tajuk Beyond the Lines, para perupa juga memanfaatkan berbagai media dalam karyanya. Baik yang konvensional berupa pensil dan kertas, konte dan kanvas, hingga kayu, kain, benang, senar pancing, origami, lampu LED, dan paku besi.
Baca Juga : Timbulkan Polemik, Pencipta Lagu Aisyah Istri Rasulullah Merasa Dipermainkan
Kurator pameran, Akhmadi Budi Santoso mengungkapkan bahwa MAM #2 Beyond The Lines bertujuan untuk menunjukkan keragaman dan berkembangnya interpretasi terhadap drawing. "Drawing merupakan bahasa penting untuk ungkapkan gagasan seniman, sifatnya mandiri, statusnya setara dengan karya lainnya," ujar Lek Budi, sapaan akrabnya.
Drawing secara historis, lanjut Lek Budi, telah dipraktekkan oleh hampir semua seniman. Biasanya, merupakan bagian utama bagi pelatihan artistik.
"Meskipun drawing sering melandasi berbagai karya, tetapi statusnya selama ini ibarat pengiring pengantin untuk karya-karya lainnya. Baik itu berupa lukisan, patung ataupun grafis, dan dianggap bukan karya mandiri yang setara kedudukannya," urainya.
Drawing kini didefinisikan kembali dan didobrak batas-batasnya. Seniman dapat memilih drawing sebagai medium prinsip mereka dalam berkarya, meyakini secara mendalam bahwa karya mereka setara statusnya dengan mode-mode karya lainnya.
"Drawing di era kontemporer tidak lagi dipandang sebagai lembaran catatan, corat-coret ataupun melulu pensil di atas kertas," tegasnya.
Dia menjelaskan, ciri khas karya drawing menggunakan garis yang merupakan basis komposisi yang paling esensial pada proses pembuatan tanda atau citraan.
"Seniman peserta pameran menghadirkan karya yang beragam baik dari segi tema, medium maupun teknik pengerjaan. Mereka membuka kemungkinan-kemungkinan baru-banyak model dan beragam, menciptakan bentuk ekspresi baru bagi seniman masa kini," sebutnya.
Direktur MAM, Dadang Rukmana mengungkapkan bahwa pameran Beyond the Lines berlangsung mulai 23 Agustus hingga 5 September 2019 mendatang.
"Berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu dengan para peserta yang berasal dari Malang Raya, kini Mini Art Malang #2 diikuti 127 peserta yang berasal dari berbagai kota," terangnya. Di Jawa Timur, tutur unjuk karya para perupa dari Malang Raya, Tulungagung, Blitar, Pasuruan, Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan, Gresik. Juga ada peserta pameran dari Yogyakarta, Rembang dan Jakarta.
"Mengusung tajuk Beyond The Lines, para peserta diberi kebebasan untuk menafsirkan kembali drawing sebagai bahasa ungkap mereka dalam berkarya," tambahnya.
Dalam rangkaian event ini, selain dipamerkan di Malang, terpilih 48 perupa untuk dilibatkan dalam pameran ART JAKARTA 2019 yang berlangsung pada 30 Agustus hingga 1 September 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Pameran tersebut dibuka oleh Kurator OHD Museum, Oei Hong Djien yang merupakan penerima piala Patron of the Arts Awards 2019. "Senang bisa membuka pameran Mini Art Malang #2 yang diikuti 127 seniman muda sampai tua dengan karya berukuran mini karena ruang yang terbatas. Bagian terbesar seniman dari Jawa Timur, ada pula dari Yogya dan Rembang," ujarnya.
"Sebagian besar karya belum saya kenal sebelumnya, tapi banyak yang menarik. Pengunjungnya penuh, banyak anak muda. Seniman dari Tulungagung, Mojokerto, Gresik, Pasuruan, Batu, dan lain-lain pada berdatangan. Suasana penuh antusiasme, meriah seperti Yogya, dan pengunjung ngobrol sampai larut malam. Malang berpotensi menjadi art center baru," pungkasnya.