JATIMTIMES - Ulang tahun ke-16 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) tak dirayakan dengan cara biasa. Kampus ini memilih merayakannya lewat perjumpaan antara sastra, seni, dan kekayaan budaya Nusantara, sebuah perayaan yang bukan hanya meriah, tetapi juga bermakna.
Belum lama ini, PGSD Unikama menghadirkan Dies Natalis bertema Menjelajahi Karya Sastra dalam Bingkai Budaya Nusantara sebagai ruang refleksi sekaligus selebrasi perjalanan akademik yang terus bertumbuh.
Baca Juga : Kampus Negeri Bakal Masuk Situbondo, Perekonomian Siap Naik Kelas
Perayaan tersebut menjadi panggung bersama bagi mahasiswa, dosen, dan sivitas akademika Unikama untuk menegaskan satu hal: pendidikan dasar tak bisa dilepaskan dari akar budaya. Kegiatan dikemas kreatif dan edukatif, menghadirkan nuansa kebangsaan yang hidup, bukan sekadar jargon. Dari awal hingga akhir acara, atmosfer kebersamaan terasa kuat, seolah kampus berubah menjadi miniatur Indonesia dalam satu hari.

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unikama, Dr. Cicilia Ika Rahayu Nita, M.Pd., mengapresiasi penyelenggaraan Dies Natalis PGSD ke-16 yang dinilainya berhasil menyatukan nilai seni, sastra, dan budaya ke dalam praktik pendidikan. Menurutnya, pendekatan semacam ini penting untuk membentuk calon guru yang tidak hanya cakap secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa wawasan budaya merupakan fondasi karakter pendidik masa depan.
“PGSD Unikama telah menunjukkan komitmen kuat dalam mencetak pendidik yang berwawasan budaya dan berkarakter. Namun saya berharap kegiatan berwawasan budaya dan berkarakter ini juga dikembangkan lebih mendalam di program studi di bawah FIP Unikama,” ujarnya.

Senada dengan itu, Ketua Program Studi PGSD Unikama, Dr. Farida Nur Kumala, S.Si., M.Pd., menyebut Dies Natalis ke-16 sebagai momentum evaluasi sekaligus pemantik semangat untuk terus berinovasi. Ia berharap tema yang diusung mampu menumbuhkan kecintaan mahasiswa terhadap budaya bangsa dan mendorong mereka menerjemahkannya ke dalam pembelajaran di sekolah dasar secara kontekstual dan relevan dengan zaman.
Rangkaian kegiatan dibuka dengan pawai budaya yang melibatkan mahasiswa PGSD mengenakan beragam busana adat dari berbagai daerah di Indonesia. Arak-arakan dimulai dari Lapangan Rektorat Unikama, menyusuri area kampus, hingga berakhir di Aula Sarwakirti. Pawai ini bukan sekadar tontonan, melainkan simbol keberagaman sekaligus praktik nyata pembelajaran kontekstual, cara belajar yang langsung menyentuh realitas sosial dan budaya.

Selepas pawai, acara berlanjut ke sesi seremoni, sambutan, dan pemotongan tumpeng sebagai bentuk syukur atas perjalanan panjang PGSD Unikama. Suasana semakin hidup ketika Fashion Show Kebudayaan digelar, melibatkan mahasiswa angkatan 2023, 2024, dan 2025. Setiap peserta tidak hanya menampilkan busana adat, tetapi juga memaparkan makna dan filosofi di balik pilihan mereka di hadapan dewan juri. Di titik inilah perayaan berubah menjadi kelas berjalan, hiburan yang sarat edukasi.
Baca Juga : Unggul Berbagai Aspek, MAN 2 Kota Malang Jadi Tujuan Studi Tiru KKM MAN 2 Cilegon
Dies Natalis ke-16 PGSD Unikama akhirnya bukan sekadar penanda usia. Ia menjadi pernyataan sikap: bahwa pendidikan dasar harus berpijak pada budaya, bergerak bersama zaman, dan tetap berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan. Singkatnya, ini bukan pesta biasa, ini adalah perayaan identitas.
