JATIMTIMES - Hari Guru Nasional (HGN) 2025 menjadi penanda penting bagi MTsN 1 Kota Malang untuk menyuarakan kembali esensi profesi pendidik: mereka bukan hanya pelaksana kurikulum, tetapi penjaga arah bangsa. Peringatan yang digelar di lingkungan madrasah itu menyampaikan pesan tanpa basa-basi, tak ada pendidikan tanpa guru, dan tak ada masa depan tanpa komitmen mereka membentuk karakter generasi muda.
Kepala MTsN 1 Kota Malang, Dra. Erni Qomaria Rida, M.Pd, memimpin jalannya upacara. Di hadapan ratusan siswa dan tenaga pendidik, ia menyampaikan amanat Menteri Agama RI yang mengangkat tema “Merawat Semesta Dengan Cinta.” Erni menekankan bahwa tema tersebut bukan slogan seremonial, tetapi dorongan untuk mendesain ulang ekosistem pendidikan agar lebih berpihak pada keberlanjutan, pada nilai kasih, dan pada keberadaan manusia sebagai bagian dari alam, selaras dengan Asta Cita Presiden dan Asta Protas Menteri Agama.
Dalam pesannya, Erni menegaskan bahwa peran guru saat ini tak mungkin lagi direduksi sekadar penyampai teori. Mereka hadir sebagai penjaga integritas moral, pembuka kesadaran, dan pengarah yang mengajari siswa melihat dunia melalui empati. “Pendidikan yang tumbuh dari cinta menghasilkan generasi yang peduli, bukan hanya cerdas,” ujarnya, menegaskan bahwa dimensi emosional dan ekologis kini harus menjadi bagian dari ruang belajar.
Baca Juga : Imigrasi Malang Sabet Dua Gold Winner di AHII 2025, Kokohkan Predikat Terbaik se-Indonesia
Ia mengingatkan para siswa bahwa kepedulian tidak perlu menunggu gerakan besar. Kebiasaan sederhana, menjaga kelas tetap rapi, merawat fasilitas madrasah, atau tidak abai terhadap lingkungan, adalah wujud tanggung jawab yang menular. Menurut Erni, di titik-titik kecil itulah nilai cinta terhadap semesta mulai dilatih.
Upacara itu membentangkan ulang realitas keras yang dihadapi guru di era modern. Di tengah gempuran teknologi, pola belajar baru, dan tekanan administratif yang sering kali menguras energi, guru justru menjadi satu-satunya titik stabil bagi banyak siswa. Mereka menyediakan ruang aman ketika anak kehilangan arah, menawarkan telinga ketika dunia terasa terlalu bising, dan memberi keyakinan saat kepercayaan diri siswa runtuh oleh tuntutan zaman.
Tugas mereka melebar, melampaui batas buku ajar. Guru kini ikut memastikan bahwa siswa mampu hidup berdampingan dalam keberagaman, memahami pentingnya menjaga alam, dan menyadari bahwa kecerdasan tidak bermakna jika tak disertai kepekaan sosial.
Lebih lanjut, bahwa tidak sedikit guru yang bekerja dalam diam, tanpa sorotan publik, tapi justru merekalah penjaga denyut harapan. Di sinilah relevansi tema HGN 2025 menemukan pijakannya, guru adalah senyawa yang menjaga harmoni: antara manusia dan manusia, manusia dan alam, serta manusia dan masa depannya.
Menutup rangkaian upacara, MTsN 1 Kota Malang menegaskan kembali tekadnya membangun pendidikan yang memerdekakan dan membumi. Madrasah ingin melahirkan generasi yang bukan hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga memiliki keberanian untuk peduli, pada sesama, pada lingkungan, dan pada masa depan yang menuntut kebijaksanaan baru.
Baca Juga : Penyidik Ungkap Korban Perundungan Siswi SMP di Malang Luka Memar, Petakan Peran Para Pelaku
Semangat “Merawat Semesta Dengan Cinta” bukan lagi rangkaian kata yang disampaikan tiap tahun, tetapi kompas untuk menjalankan pendidikan dengan lebih jujur dan relevan. Dari ruang kelas, dari tangan para guru yang tak lelah menyalakan cahaya, hingga langkah siswa yang kelak menjelajahi dunia, nilai itu diharapkan terus hidup dan mengakar.
