Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Ngaji Bareng Tiga Gus: Kota Blitar Meneguhkan Spirit Kebangsaan di Puncak Festival Santri 2025

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : A Yahya

26 - Oct - 2025, 09:58

Placeholder
Gus Kautsar saat menyampaikan tausiah di Puncak Festival Santri 2025, menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu dan amal bagi santri.(Foto: Bagian Umum Setda Kota Blitar)

JATIMTIMES - Aroma malam di Alun-Alun Kota Blitar terasa berbeda pada Sabtu (25/10/2025). Ribuan santri bersarung putih dan berpeci hitam memadati setiap sudut ruang terbuka kota. Cahaya lampu panggung berpadu dengan lantunan sholawat yang menggema dari pengeras suara. Di bawah langit yang teduh, ribuan warga berkumpul dengan satu tujuan: merayakan puncak Peringatan Hari Santri Nasional sekaligus resepsi puncak Festival Santri 2025, yang tahun ini mengusung tema “Meneguhkan Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.”

Acara bertajuk Ngaji Bareng Tiga Gus ini menghadirkan tiga ulama muda karismatik, masing-masing pengasuh pondok pesantren ternama, yaitu KH. Abdurrahman Al Kautsar (Gus Kautsar) dari Ponpes Al Falah Ploso Kediri, KH. Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) dari Ponpes Lirboyo Kediri, dan KH. Abdussalam Shohib (Gus Salam) dari Ponpes Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Ketiganya merepresentasikan wajah baru pesantren yang intelektual, religius, dan membumi.

Baca Juga : Jadwal Puasa Sunnah November 2025 Lengkap dengan Niat dan Tanggalnya

Malam itu, ketiganya menjadi magnet bagi ribuan jamaah yang datang tidak hanya dari Kota Blitar, tetapi juga dari berbagai daerah sekitarnya. Bagi warga, kegiatan ini bukan sekadar pengajian, melainkan perayaan spiritual yang meneguhkan hubungan antara agama, kebangsaan, dan pembangunan.

FSN

Santri, Spirit dan Peradaban

Festival Santri 2025 menjadi bukti bahwa tradisi keagamaan dan semangat pembangunan bisa berjalan beriringan. Pemerintah Kota Blitar memaknainya bukan sebagai kegiatan seremonial, melainkan ruang refleksi tentang kontribusi santri bagi kemajuan bangsa.

Dalam sambutannya, Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, menyampaikan bahwa Hari Santri merupakan momentum untuk mengenang keikhlasan dan perjuangan kaum santri serta ulama dalam membela bangsa dan agama. Ia menekankan bahwa semangat juang tersebut harus terus dihidupkan dalam pembangunan Kota Blitar yang religius, damai, dan berdaya saing. “Melalui peringatan Hari Santri ini, marilah kita perkuat sinergi antara ulama dan umara, karena jika dua kekuatan ini bersatu dalam niat yang tulus, insya Allah Kota Blitar akan menjadi kota yang damai, sejahtera, dan penuh keberkahan,” ujar Mas Ibin. 

Ia juga menegaskan bahwa pemerintah kota berkomitmen menjaga harmoni antara ulama dan umara, karena sinergi keduanya adalah fondasi kokoh bagi kesejahteraan masyarakat. Menurut Mas Ibin, visi “Blitar SAE: Sejahtera, Adil, dan Edukatif” tidak akan terwujud tanpa nilai keislaman yang menyejukkan dan toleran.

Wali kota juga menyampaikan terima kasih kepada para alim ulama dan guru ngaji yang selama ini menjadi tiang moral masyarakat. Ia percaya, pembangunan Kota Blitar akan berjalan sukses jika disertai dengan doa dan dukungan para ulama. Dalam suasana yang penuh khidmat, ia memohon agar seluruh masyarakat terus mendoakan agar Blitar senantiasa aman, nyaman, dan dirahmati Allah SWT.

“Setiap sholawat yang kita lantunkan malam ini adalah doa bagi kemajuan kota kita. Semoga masyarakat Blitar menjadi umat yang giat beribadah, santun dalam berperilaku, dan memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi,” ujarnya. 

Mas Ibin

Pesan Kebangsaan dari Para Tokoh

Resepsi puncak Festival Santri juga dihadiri sejumlah tokoh nasional, di antaranya Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini, serta anggota DPR RI, Abdul Halim Iskandar, yang hadir mewakili Menko Pemberdayaan Masyarakat, Gus Muhaimin Iskandar. Turut hadir pula Wakil Menteri Koperasi dan UKM RI, Farida Farichah.

Anggia

Dalam sambutannya, Anggia Erma Rini menegaskan bahwa santri hari ini harus menjadi generasi yang berprestasi dan unggul. Ia mencontohkan bagaimana Wali Kota Blitar, Wakil Menteri Koperasi, bahkan dirinya sendiri, lahir dari rahim pesantren.

“Santri harus punya prestasi dan mampu mengawal peradaban dunia. Belajar sungguh-sungguh, manfaatkan masa muda sebaik mungkin, karena masa ini tidak akan terulang," ujarnya di hadapan ribuan jamaah.

Sementara itu, Abdul Halim Iskandar menyampaikan refleksi sejarah tentang peran santri dalam pembentukan bangsa Indonesia. Ia mengingatkan, tanpa jasa para santri dan ulama, Indonesia mungkin tak akan memiliki dasar negara yang inklusif seperti sekarang.

Menurutnya, perumusan sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan hasil kompromi luhur antara semangat keislaman dan persatuan bangsa, sebuah kontribusi monumental dari kaum santri.

“Kalau bukan karena kebijaksanaan ulama dan santri, Indonesia mungkin tidak akan menjadi bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika seperti hari ini. Itulah sebabnya, santri pantas menggaungkan yel-yel ‘NKRI Harga Mati’,” tuturnya.

Pak Halim

Tiga Gus, Satu Spirit

Bagian yang paling ditunggu-tunggu malam itu adalah pengajian bersama tiga Gus. Meskipun tidak semua memberikan ceramah panjang, kehadiran mereka menjadi simbol keutuhan tiga pilar pesantren: ilmu, akhlak, dan perjuangan.

Dalam tausiahnya, Gus Kautsar menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber keilmuan sejati. Ia mengingatkan pesan KH. Hasyim Asy’ari bahwa ilmu yang tidak diamalkan akan kehilangan hikmah, dan santri sejati adalah mereka yang selalu haus akan pengetahuan.

“Kalau Al-Qur’an hanya dijadikan jimat atau bacaan tanpa dipahami, semangat ngaji akan hilang,” katanya dengan tenang. “Santri harus menjadikan rasa ingin tahu terhadap ilmu sebagai jalan menuju rahmat Allah.”

Baca Juga : Wamenkop RI Resmikan Gerai Koperasi Merah Putih di Pasar Legi: Kota Blitar Jadi Contoh Kemandirian Ekonomi Daerah

Kata-kata itu disambut takbir dan tepuk tangan jamaah. Di antara mereka, banyak santri muda yang mencatat pesan-pesan itu dalam ponsel mereka, seolah ingin menyimpan bekal hikmah dari malam penuh cahaya tersebut.

Gus Kautsar

Sementara Gus Salam menambahkan dimensi sosial dan kearifan khas pesantren dalam ceramahnya. Ia mengawali dengan gurauan ringan yang disambut tawa hadirin, seraya menguatkan pesan Gus Kautsar sebelumnya. “Saya sepakat dengan Gus Kautsar, memang enak jadi Gus daripada jadi kiai. Kata Gus Dur, kalau kiai itu sedikit-sedikit: sedikit makan, sedikit tidur, sedikit bicara. Tapi kalau Gus, sedikit-sedikit makan, sedikit-sedikit tidur, sedikit-sedikit bicara,” ucapnya disambut tawa jamaah.

Namun di balik canda itu, Gus Salam menegaskan pesan serius tentang makna kesantrian sejati. Ia mengajak semua yang hadir untuk senantiasa bersyukur dan ikhlas menuntut ilmu, serta berharap agar setiap langkah yang ditempuh mendapat ridho Allah SWT. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga semangat kesantrian sepanjang hayat. “Kita semua harus punya cita-cita menjadi santri sejak lahir hingga nanti sowan ke hadapan Allah SWT. Apa pun profesinya, tetaplah bangga menjadi santri,” pesannya.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa santri masa kini harus memiliki tiga hal utama, yakni menjaga jiwa kepesantrenan yang berlandaskan nilai ilmiah, amaliyah, dan adabiyah. Menurutnya, di mana pun santri berada, setiap tindakan harus didasari ilmu, diamalkan dengan sungguh-sungguh, dan dijaga dengan akhlak mulia.

“Kalau dihina atau dicaci, tidak perlu dibalas. Yang penting kita tetap yakin dengan apa yang kita lakukan, karena keyakinan itulah yang akan membawa kesuksesan di masa depan,” tegasnya penuh makna.

Gus Salam

Adapun Gus Reza, meski tidak menyampaikan ceramah panjang, kehadirannya di panggung utama tetap menjadi daya tarik tersendiri. Ia hadir sebagai simbol kebersamaan para ulama muda dalam satu barisan spiritual yang meneguhkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Spirit Religius dan Pembangunan

Festival Santri di Kota Blitar tahun ini bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi momentum untuk memperkuat karakter religius masyarakat dan meneguhkan nilai-nilai kebangsaan di ruang publik. Dari tahun ke tahun, Pemerintah Kota Blitar menjadikannya ajang yang tidak hanya memeriahkan peringatan nasional, tetapi juga mempererat hubungan sosial dan menanamkan semangat cinta tanah air di kalangan generasi muda.

Malam itu, suasana semakin istimewa ketika Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin, menerima penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 yang diserahkan oleh Ketua Umum Forum Komunikasi Jurnalis Nahdliyin (FJN), Didi Rosadi. Penghargaan tersebut menjadi bentuk pengakuan nasional atas dedikasi Mas Ibin—sapaan akrabnya—dalam membangun Kota Blitar berlandaskan nilai keislaman, kemandirian, dan kesejahteraan sosial.

FJN menilai kiprah Mas Ibin mencerminkan kontribusi nyata alumni pesantren dalam ranah pemerintahan dan pembangunan. Sebagai santri yang tumbuh dalam tradisi pesantren, Mas Ibin menapaki perjalanan spiritual dan intelektual sejak muda. Ia mengawali pendidikan di Madrasah Diniyah Mojo Plosoarang, kemudian menimba ilmu di Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubalighien II Tukiskriyo di bawah asuhan ayahandanya, Kiai Zamzuri Hasyim. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang dan Pondok Pesantren Al-Minawir Krapyak Yogyakarta.

FJN

Terpilihnya Mas Ibin sebagai salah satu dari 16 Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 versi FJN semakin mengukuhkan perannya sebagai pemimpin yang tidak hanya membangun Kota Blitar, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk meneladani semangat santri dalam berkarya bagi bangsa. “Kami mohon doa restu, mohon didoakan agar pembangunan daerah di Kota Blitar dapat berjalan dengan sukses dan benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat. Kami percaya, dengan doa para alim ulama, kerja keras jajaran pemerintah kota, dan seluruh masyarakat, ke depan insya Allah Kota Blitar akan lebih sejahtera lahir dan batin,” ungkap Mas Ibin. 

Kota yang Bertumbuh dari Doa dan Ilmu

Seiring malam semakin larut, ribuan jamaah masih bertahan di Alun-Alun. Mereka larut dalam sholawat penutup, sementara di langit, bulan separuh tampak menggantung seperti lentera yang menyinari halaman kota.

Di antara alunan doa dan gema takbir, terasa bahwa Festival Santri bukan sekadar peringatan, melainkan ikrar kolektif warga Blitar untuk menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kemajuan.

Dalam setiap bait sholawat yang terucap, terselip harapan agar Blitar terus menjadi kota yang sejahtera lahir batin, kota yang meneguhkan nilai-nilai religius tanpa kehilangan semangat kebangsaan.

Ngaji bareng

Festival Santri 2025 menjadi cermin bahwa pemerintahan yang membangun tidak hanya menciptakan infrastruktur, tetapi juga membentuk peradaban. Di Kota Blitar, pembangunan itu dimulai dari hati, dari doa, dari ngaji, dan dari para santri yang menyalakan cahaya ilmu di tengah kota Proklamator.


Topik

Peristiwa Hari santri nasional tiga Gus alun alun kota Blitar Gus Kautsar syauqul-muhibbin



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

A Yahya