JATIMTIMES – Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang kembali meneguhkan jati dirinya sebagai kampus kebanggaan Kementerian Agama (Kemenag). Dalam agenda Pembinaan ASN dan Launching Program Pendampingan Pesantren, Menteri Agama Republik Indonesia Prof Dr Nasaruddin Umar MA hadir memberikan arahan yang menegaskan kembali makna pengabdian ASN Kemenag.
Menag menyebut UIN Maliki Malang sebagai salah satu kebanggaan Kemenag dan berharap presiden dapat segera meresmikan pembangunan kampus 3. Namun, lebih dari itu, ia menekankan pentingnya peran ganda ASN Kemenag: bukan sekadar aparatur pemerintahan, tetapi juga bagian dari gerakan dakwah dan pembinaan umat.
Baca Juga : Solusi Macet Candi Panggung Tertahan, Warga Berharap Segera Ada Jalan Tembus
Menurut Nasaruddin, lembaga seperti UIN, IAIN, dan STAIN tidak hanya berfungsi akademik, tetapi juga dakwah. Karena itu, dosen dan pimpinan di lingkungan Kemenag dituntut memiliki nilai lebih, bukan hanya mentransfer pengetahuan, melainkan juga menyalakan nurani mahasiswa. Seorang pendidik sejati, kata menag, tidak berhenti pada logika, tetapi turut menggerakkan rasa. Ia mencontohkan makna kata “guru” dalam bahasa Sanskerta, yakni pengusir kegelapan, sebagai simbol tanggung jawab moral seorang pengajar.
Nasaruddin menegaskan, dosen UIN seharusnya menjadi murabbi, sosok yang menyalurkan petunjuk Ilahi. Ia menilai dosen kampus keagamaan memikul ekspektasi sosial yang lebih tinggi daripada kampus umum. Jika dosen di universitas lain hanya mengajar lalu pergi, itu biasa. Tetapi ketika dosen UIN berbuat hal serupa, masyarakat akan menilai berbeda. “Mereka melihat dosen UIN sebagai teladan, bahkan setengah malaikat,” ujar menang, Rabu, (15/10/2025).
Ia juga menyoroti pentingnya kebersihan hati dalam tradisi keilmuan Islam, mengingatkan pepatah klasik al-ilmu nurun wa nurullah la yahdilu li ‘ashi, ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan menembus hati yang kotor. Karena itu, ia mengajak para dosen mempersiapkan diri dengan laku spiritual sebelum mengajar, seperti bangun malam dan berdoa agar ilmu yang disampaikan menjadi berkah.
Dalam bagian reflektifnya, menag menjelaskan bahwa sumber ilmu di kampus keagamaan tidak hanya berasal dari logika, tetapi juga dari intuisi, ilham, wahyu, dan bahkan mimpi. Ia mencontohkan tradisi ilmuwan Islam di masa Baitul Hikmah yang menganggap mimpi sebagai bagian dari proses pencarian ilmu.
Baca Juga : Menteri Agama Sesalkan Tayangan Trans7: Jangan Usik Pesantren, Mereka Penjaga Peradaban Bangsa
Menutup arahannya, Nasaruddin menegaskan bahwa visi besar Kemenag bukan sekadar mencetak sarjana, tetapi melahirkan cendekiawan berjiwa suci, pribadi yang menghidupkan ilmu dan menyalakannya di tengah masyarakat. Ia mengingatkan, ketika dosen mengajar dengan hati, maka ilmu yang keluar dari hati akan sampai ke hati. Dan dari hati-hati yang tercerahkan itulah, peradaban tumbuh.