JATIMTIMES - Prof. Mahfud MD hadir mengisi orasi ilmiah pada rapat paripurna istimewa peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Provinsi Jawa Timur (Jatim) di Gedung DPRD Jatim, Minggu (12/10/2025). Dalam kesempatan itu, ia menekankan pentingnya menjaga integritas.
Terkait hal ini, ia mendorong penguatan ekosistem pesantren sebagai sumber daya moral khas Jatim. Mahfud mendorong revitalisasi nilai kepesantrenan yakni, kesederhanaan, dan anti-tamak, yang membentuk karakter warga dan pejabat publik.
Baca Juga : Betinho Kembali, Lini Tengah Arema FC Tak Lagi Rapuh Jelang Lawan PSM Makassar
“Kalau bisa hidup sederhana saja, secukupnya dan ingat kamu harus hidup jujur. Kata orang Madura mun tak jujur ancor (kalau kamu ndak jujur hancur),” terang Mahfud.
“Kalau kamu ndak jujur, nunggu waktu. Sekarang selamat, besok enggak. Coba lihat, banyak sekarang gejala kan? Orang yang kemarin gagal gitu-gitu itu, enggak jujur. Sekarang patron-nya sudah tidak ada, kucar-kacir, pada ketakutan. Nah, itulah yang diajarkan,” lanjutnya.
Mahfud menggarisbawahi, kejujuran juga harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Setiap perkataan yang telah diucapkan atau diumumkan, menurutnya harus dijalankan sesuai dengan yang telah disampaikan.
“Antara yang diumumkan dan yang dikerjakan itu sama, itu integritas. Sehingga di sini akan timbul apa yang disebut idenya demokrasi itu kan tiga. Satu: liberty (kebebasan), equality (kesetaraan), fraternity (persaudaraan),” tuturnya.
Mahfud juga menyoroti etika ruang publik di era digital. Ia mengkritik budaya saling caci dan adu domba di media sosial yang, menurutnya, merusak keadaban. “Sudah nir-akhlak,” tegasnya.
Di sisi lain, ia mengajak publik melihat kemajuan sosial-ekonomi sebagai proses estafet lintas pemerintahan mulai dari Presiden Soekarno hingga Jokowi. “Ini yang harus disyukuri, jangan marah-marah melulu,” ujarnya.
Mahfud menilai Jatim merupakan miniatur kebinekaan Indonesia. “Jawa Timur itu berbagai suku, agama, dan ras itu lengkap. Oleh sebab itu, satu, mari kita jaga ke-Indonesiaan kita ini,” imbuhnya.
Baca Juga : Kecamatan Plaosan Raih Peringkat 1 Penilaian Evaluasi Kinerja oleh Pemkab Magetan
Ia menambahkan, gotong royong merupakan praktik nilai kebangsaan yang perlu terus dihidupkan. Ia menegaskan komitmen agar Jatim terus berperan sebagai motor persatuan, pagar kebangsaan, dan fondasi kebinekaan.
Pada kesempatan yang sama, ia juga mengulas posisi sejarah Jatim dalam fase krusial kemerdekaan. Ia menegaskan, di tengah konstelasi hukum internasional pasca-Perang Dunia II dan upaya kolonial kembali masuk, tekad bangsa dinyatakan tanpa ragu. "Indonesia ini merebut dan akan melawan siapapun yang masuk kembali ke Indonesia,” katanya.
Menurutnya, perlawanan rakyat di Jatim yang puncaknya dikenang pada 10 November, membuat dunia menoleh dan membuka jalan ke pengakuan kedaulatan.
“Ketika pemerintah pusat sedang terdesak, berbagai kekuatan kucar-kacir, Jawa Timur melakukan perlawanan dalam apa yang disebut jihad. Fi sabilillah sehingga lahirlah peristiwa 10 November itu. Itu dari Jawa Timur,” jelas Mahfud.