Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Arema FC: Tragedi Kanjuruhan Jadi Titik Balik Reformasi Sepak Bola, Bukan Sekadar Peringatan

Penulis : Hendra Saputra - Editor : Nurlayla Ratri

30 - Sep - 2025, 19:56

Placeholder
Logo Arema FC (foto: istimewa)

JATIMTIMES - Tiga tahun berlalu, namun luka Tragedi Kanjuruhan yang merenggut lebih dari 135 nyawa pada 1 Oktober 2022 tetap terasa dalam-dalam. Arema FC, klub yang berada di pusaran peristiwa memilukan itu, kembali menggelar doa bersama dan khataman Al-Qur’an di Kandang Singa. Namun, peringatan kali ini bukan sekadar ritual seremonial.

General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, menegaskan bahwa tragedi tersebut harus menjadi fondasi perubahan besar dalam dunia sepak bola Indonesia. Menurutnya, hanya mengenang tidaklah cukup jika tanpa diikuti langkah nyata untuk memastikan hal serupa tidak terulang.

Baca Juga : Jelang Peringatan Tiga Tahun Tragedi Kanjuruhan, Polresta Malang Kota Siaga Penuh

“Duka ini adalah duka abadi kita bersama. Tidak ada yang bisa menggantikan kehilangan, tetapi kami berkomitmen terus membersamai keluarga korban dan menjadikan tragedi ini titik balik untuk membangun sepak bola yang lebih manusiawi,” tegas Yusrinal, Selasa (30/9/2025).

Dalam kesempatan itu, Yusrinal kembali menegaskan bahwa Arema FC akan terus hadir mendampingi keluarga korban, tidak hanya melalui peringatan tahunan, tetapi lewat aksi nyata. Ia menyebutkan, komitmen tersebut diwujudkan dengan mendengarkan aspirasi keluarga, memberi dukungan moral, hingga merancang program keberlanjutan untuk meringankan beban yang mereka tanggung.

“Permintaan maaf saja tidak cukup. Kami harus konsisten bergerak dan tidak berhenti sampai di sini,” ucapnya.

Lebih jauh, Arema FC menyoroti pentingnya transformasi budaya suporter. Yusrinal menekankan bahwa dukungan terhadap klub harus dibangun atas dasar penghormatan, persaudaraan, dan sportivitas, bukan kekerasan atau fanatisme buta.

Ia mencontohkan, relasi harmonis antara Aremania dengan sejumlah kelompok suporter lain belakangan ini menjadi bukti bahwa perubahan itu mungkin diwujudkan.

“Keamanan dan kehormatan stadion adalah tanggung jawab bersama. Tragedi ini harus jadi cermin untuk semua pihak, mulai klub, aparat, federasi, hingga suporter, bahwa sepak bola tidak boleh lagi menghadirkan duka,” jelasnya.

Baca Juga : Pelestarian Budaya Kabupaten Malang, Redam Guruh Ajak Pemerintah dan Masyarakat Bergerak Aktif

Peringatan tiga tahun Tragedi Kanjuruhan diharapkan tidak berhenti pada kegiatan doa bersama semata, melainkan melahirkan semangat kolektif untuk membenahi wajah sepak bola Indonesia.

Dari peristiwa Kanjuruhan, publik semakin sadar bahwa keselamatan dan kenyamanan penonton harus menjadi prioritas utama. Regulasi stadion, manajemen pertandingan, hingga pola komunikasi klub dengan suporter harus ditata ulang.

Arema FC sendiri berjanji akan terus bersuara agar tragedi serupa tidak terulang, sekaligus memperkuat tradisi suporter yang sehat, humanis, dan beradab. “Tidak ada lagi air mata yang tumpah di stadion. Itu janji yang harus kita kawal bersama,” pungkas Yusrinal.


Topik

Peristiwa peringatan tiga tahun tragedi kanjuruhan doa bersama tragedi kanjuruhan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Hendra Saputra

Editor

Nurlayla Ratri