JATIMTIMES - Tiga tahun berlalu, namun luka Tragedi Kanjuruhan yang merenggut lebih dari 135 nyawa pada 1 Oktober 2022 tetap terasa dalam-dalam. Arema FC, klub yang berada di pusaran peristiwa memilukan itu, kembali menggelar doa bersama dan khataman Al-Qur’an di Kandang Singa. Namun, peringatan kali ini bukan sekadar ritual seremonial.
General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, menegaskan bahwa tragedi tersebut harus menjadi fondasi perubahan besar dalam dunia sepak bola Indonesia. Menurutnya, hanya mengenang tidaklah cukup jika tanpa diikuti langkah nyata untuk memastikan hal serupa tidak terulang.
Baca Juga : Jelang Peringatan Tiga Tahun Tragedi Kanjuruhan, Polresta Malang Kota Siaga Penuh
“Duka ini adalah duka abadi kita bersama. Tidak ada yang bisa menggantikan kehilangan, tetapi kami berkomitmen terus membersamai keluarga korban dan menjadikan tragedi ini titik balik untuk membangun sepak bola yang lebih manusiawi,” tegas Yusrinal, Selasa (30/9/2025).
Dalam kesempatan itu, Yusrinal kembali menegaskan bahwa Arema FC akan terus hadir mendampingi keluarga korban, tidak hanya melalui peringatan tahunan, tetapi lewat aksi nyata. Ia menyebutkan, komitmen tersebut diwujudkan dengan mendengarkan aspirasi keluarga, memberi dukungan moral, hingga merancang program keberlanjutan untuk meringankan beban yang mereka tanggung.
“Permintaan maaf saja tidak cukup. Kami harus konsisten bergerak dan tidak berhenti sampai di sini,” ucapnya.
Lebih jauh, Arema FC menyoroti pentingnya transformasi budaya suporter. Yusrinal menekankan bahwa dukungan terhadap klub harus dibangun atas dasar penghormatan, persaudaraan, dan sportivitas, bukan kekerasan atau fanatisme buta.
Ia mencontohkan, relasi harmonis antara Aremania dengan sejumlah kelompok suporter lain belakangan ini menjadi bukti bahwa perubahan itu mungkin diwujudkan.
“Keamanan dan kehormatan stadion adalah tanggung jawab bersama. Tragedi ini harus jadi cermin untuk semua pihak, mulai klub, aparat, federasi, hingga suporter, bahwa sepak bola tidak boleh lagi menghadirkan duka,” jelasnya.
Baca Juga : Pelestarian Budaya Kabupaten Malang, Redam Guruh Ajak Pemerintah dan Masyarakat Bergerak Aktif
Peringatan tiga tahun Tragedi Kanjuruhan diharapkan tidak berhenti pada kegiatan doa bersama semata, melainkan melahirkan semangat kolektif untuk membenahi wajah sepak bola Indonesia.
Dari peristiwa Kanjuruhan, publik semakin sadar bahwa keselamatan dan kenyamanan penonton harus menjadi prioritas utama. Regulasi stadion, manajemen pertandingan, hingga pola komunikasi klub dengan suporter harus ditata ulang.
Arema FC sendiri berjanji akan terus bersuara agar tragedi serupa tidak terulang, sekaligus memperkuat tradisi suporter yang sehat, humanis, dan beradab. “Tidak ada lagi air mata yang tumpah di stadion. Itu janji yang harus kita kawal bersama,” pungkas Yusrinal.