JATIMTIMES - Es Santan 68 di Kota Malang menjadi salah satu kuliner legendaris yang tetap bertahan sejak 1968. Berlokasi di pojok Jalan Sempu atau Lapangan Shampo, minuman segar ini telah menjadi favorit lintas generasi, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Es tempo dulu ini wajib dicicipi saat kalian datang ke Kota Malang. Ya setiap harinya, mulai dari anak-anak, remaja hingga silih berganti mengantre untuk menyeruput es santan dari racikan tangan Sutono (75) pemilik Es Santan 68.
Baca Juga : Revitalisasi Pulau Jalan Kawasan Sultan Agung Kota Batu, DLH Siapkan Enam Konsep Berbeda
Suntono meracik es santan dengan bahan dasar santan, tape ketan hitam, agar-agar, santan dan ditutup dengan roti tawar yang disiram sirup merah. Kombinasi rasa gurih dan manis membuatnya sangat cocok dinikmati di tengah hari yang panas.
Tak hanya legend, tampilan dari Es Santan ini cukup menarik. Tentunya dibarengi pula dengan rasa yang unik. Kebanyakan orang menyebutnya Es Pink, dilihat saja sudah menarik perhatian.
Dalam sehari Sutono bisa meracik 500 hingga 700 gelas es santan. “Apalagi saat sabtu dan minggu ramai pas jam istirahat atau siang mulai 11.00 sampai 14.00,” ungkap Sutono, Rabu (24/9/2025).

Suntono yang juga didampingi istrinya Yatemi mengatakan jika banyak pelanggannya juga dari luar kota. Sehingga saat ke Kota Malang tidak lupa mampir untuk menikmati es santan buatannya.
“Banyak juga pelanggan dari luar kota yang mampir, kadang orangtuanya di Malang mereka kerja di luar kota lalu mampir,” imbuh kakek delapan cucu itu.
Kini satu gelas es santan dijual seharga Rp 5 ribu per gelas. Harganya ini tentu berbeda saat tahun 1968 saat itu berjualan di bekas Terminal Sawahan yang saat ini menjadi SPBU Sawahan di Jalan Yulius Usman Kota Malang.
“Awalnya dulu satu gelas jualan satu ringgit tahun 1968, kalau sekarang Rp 5 ribu per gelas,” kata Sutono.
Baca Juga : Pengampunan dan Tahta: Kembalinya Keturunan Amangkurat III ke Mataram
Selama 57 tahun berjualan es santan, Sutono tetap konsistensi dalam meracik bahan-bahan agar rasa yang dihasilkan tetap bertahan. Hal ini yang membuat pelanggannya tetap setia menikmati es santan 68.
“Kalau bicara bahan ya cuma santan, vanili, gula, pandan hijau, tape ketan hitam, dan cendol,” tegas Sutono.
Kini untuk menikmati es santan 68, bisa dibeli di beberapa cabang yang dibuka anak-anaknya. Yakni berada di Jalan Borobudur Kota Malang dan Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
Sementara itu, salah satu pelanggan tetap Es Santan 68 Varisa mengalu sudah sejak kecil diajak orangtuanya membeli es santan 79, kini gilirannya bersama anaknya. “Waktu serasa berjalan cepat, sekarang saya yang mengajak anak saya untuk menikmati es santan,” ujar Varisa.
Baginya es santan Sutono berbeda dengan lainnya, meski banyak yang menjual es santan. “Dari rasa gak berubah konsisten enak dari dulu manisnya pas. Cocok diminum saat siang hari,” kata Varisa.