JATIMTIMES - Israel dipastikan tidak hadir dalam rapat darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang digelar Selasa (23/9/2025). Pertemuan itu sedianya membahas eskalasi konflik berkepanjangan di Gaza yang sejak Oktober 2023 terus menelan banyak korban sipil.
Mengutip laporan AFP, delegasi Israel menyatakan absen lantaran sidang tersebut bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Yahudi atau Rosh Hashanah.
Baca Juga : Ramalan Zodiak 23 September 2025: Aries Penuh Percaya Diri, Virgo Produktif
Israel Minta Penjadwalan Ulang
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menegaskan bahwa ketidakhadiran Israel sangat disayangkan. “Sangat menakutkan Dewan Keamanan akan mengadakan pertemuan tanpa Israel,” kata Danon dalam pernyataan video yang dirilis dikutip Selasa (23/9/2025).
Dalam surat terpisah yang ditujukan kepada presiden bergilir DK PBB, Danon menjelaskan bahwa Israel sebelumnya sudah meminta agar jadwal pertemuan diubah. Namun, permintaan tersebut ditolak sehingga rapat tetap digelar di tanggal yang bersamaan dengan salah satu hari suci penting dalam kalender Yahudi.
“Delegasi Israel tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan ini karena bertepatan dengan Rosh Hashanah, Tahun Baru Yahudi,” tambahnya.
Netanyahu Akan Berpidato di Sidang Umum PBB
Meski absen dalam rapat darurat DK PBB, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan hadir dan berpidato di Majelis Umum PBB pada Jumat (26/9/2025).
Pidato tersebut diperkirakan akan berlangsung di tengah dinamika baru dunia internasional, setelah sejumlah negara Barat mulai mengakui Palestina sebagai negara berdaulat.
Sumber diplomatik menyebut bahwa pemerintahan Netanyahu menanggapi langkah itu dengan kemarahan dan kecaman, karena dianggap sebagai perubahan besar dalam sikap politik global terhadap konflik Palestina–Israel.
Gaza Terus Dibombardir Sejak Oktober 2023
Konflik di Jalur Gaza masih berlangsung sengit hingga kini. Israel melancarkan serangan udara dan darat secara bertubi-tubi sejak 7 Oktober 2023 dengan alasan memburu kelompok Hamas usai serangan yang menewaskan lebih dari 1.100 orang di wilayah Israel.
Baca Juga : Jerman Belum Akui Palestina, Tetap Dorong Solusi Dua Negara
Namun, dampak serangan balasan Israel jauh lebih besar. Menurut laporan Al Jazeera yang mengutip data Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 64.344 orang tewas sejak Oktober 2023, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
Kawasan Gaza pun dilaporkan mengalami kehancuran parah, dengan infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, dan permukiman warga hancur akibat gempuran berkelanjutan.
Respons Dunia Internasional
Absennya Israel dalam rapat darurat DK PBB memunculkan kekhawatiran bahwa diskusi mengenai Gaza akan berlangsung tanpa partisipasi pihak yang secara langsung terlibat dalam konflik. Hal ini berpotensi membuat hasil sidang tidak maksimal.
Sementara itu, pengakuan negara-negara Barat terhadap Palestina dinilai sebagai titik balik diplomasi internasional, yang dapat mengubah arah penyelesaian konflik jangka panjang di Timur Tengah.
Ketidakhadiran Israel dalam sidang darurat DK PBB pada 23 September 2025 menyoroti tarik ulur diplomasi internasional di tengah konflik Gaza yang kian memanas. Meski Netanyahu dijadwalkan berpidato di Majelis Umum PBB beberapa hari kemudian, tekanan dunia internasional terhadap Israel semakin besar seiring bertambahnya jumlah korban sipil di Gaza.