Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Baboon, Brand Kaos Lokal Malang yang 28 Tahun Bertahan Lewat Beragam Inovasi

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

11 - Sep - 2025, 16:41

Placeholder
Proses produksi kaos Baboon yang berlokasi di kawasan Jalan Dirgantara Sawojajar Malang. (Anggara Sudiongko/MalangTimes)

JATIMTIMES – Di Kota Malang, nama Baboon sudah lama melekat di telinga pecinta kaos. Brand lokal yang lahir pada 1996 ini bukan hanya sekadar usaha sablon, melainkan bagian dari identitas fashion anak muda Malang sejak era 90-an. Selama 28 tahun bertahan, Baboon terus hadir dengan filosofi sederhana: bersyukur dan tidak berhenti berinovasi.

Pemilik Baboon, Dicky Asmoro Oetomo, menegaskan bahwa kunci ketahanan bisnis lokal tidak selalu bertumpu pada modal besar. Baginya, fondasi paling awal adalah rasa syukur dan pola pikir positif.

1

“Apapun kondisinya, entah naik atau turun, tetap harus syukur. Kalau pikiran positif dijaga, rezeki itu datang,” ujarnya di Malang. Prinsip ini ia tularkan juga ke para pegawainya, agar Baboon tidak hanya menjadi brand, tapi juga keluarga kerja yang solid.

Baca Juga : 57 Kendaraan Terjaring Ramp Check di Kota Batu, 10 Transum Bermasalah

Perjalanan Baboon tidak selalu mulus. Dicky sempat merasakan masa-masa sepi order hingga hampir kehilangan arah. Dari situ, ia sadar bahwa terlalu lama menunggu pelanggan datang membuat Baboon terjebak di zona nyaman.

“Dulu orang tahu Baboon ya langsung datang sendiri. Ternyata beda rasanya kalau kita jemput bola. Marketing harus aktif, bahkan dengan cara sederhana,” jelasnya.

4

Sejak itu, Dicky rajin menyapa calon klien lewat WhatsApp, status singkat, hingga kunjungan harian. Dari obrolan sederhana seperti, ‘Bro, gimana kabarnya?’ jaringannya kembali hidup. “Aku punya 200 kontak WA, semua tak sapa. Cara kecil begitu efeknya luar biasa,” tambahnya.

Meski dikenal luas sejak 1990-an, Baboon kini menghadapi tantangan regenerasi pasar. Pelanggan loyalnya banyak yang berusia 40 tahun ke atas, sementara generasi muda lebih familier dengan brand lain.

Ada cerita unik ketika seorang anak menyebut memesan kaos ke “Koka”, padahal yang ia maksud Baboon. Dari situ Dicky sadar, brand lokal Malang ini harus dikenalkan kembali ke anak muda.

2

Untuk itu, ia membuat program lomba desain di sekolah-sekolah. Sistemnya kolaboratif: panitia sekolah dapat dana, siswa dapat kaos dengan harga terjangkau, sekolah memperoleh keuntungan, dan Baboon semakin dikenal generasi baru.

“Sekolahnya untung, panitia semangat, siswa dapat kaos keren, Baboon dikenal luas. Saya nggak masalah kalau untung tipis, yang penting dampaknya jangka panjang,” katanya.

Selain sekolah, Baboon aktif menggandeng komunitas Malang, seperti CB, untuk produksi kaos ribuan unit dalam event besar. Meski modal awal cukup besar, Dicky yakin efek jangka panjangnya sangat berharga.

Baca Juga : Pastikan Kualitas Dapur Makan Bergizi Gratis, Wabup Situbondo Kunjungi Tiga SPPG Dini Hari

“Kadang orang pikir hanya komunitas yang untung. Padahal, jangka panjangnya Baboon justru dapat pasar baru,” tegasnya.

Sejarah Baboon bermula dari hobi Dicky semasa kuliah yang suka mendesain kaos. Pada 1996, hobinya berkembang menjadi bisnis serius. Saat itu, harga satu kaos Rp9 ribu, dengan keuntungan Rp3 ribu per potong. Dalam sebulan, ia bisa meraih penghasilan setara gaji PNS.

“Waktu itu saya tahu bisnis ini punya masa depan,” kenangnya.

Kini, Baboon tetap eksis sebagai salah satu brand kaos lokal tertua di Malang. Dicky menolak untuk merasa puas. Baginya, bertahan berarti terus berevolusi.

“Kalau kalah saing, jangan salahkan orang lain. Itu tanda kita kurang berinovasi. Jangan berhenti di zona nyaman,” ujarnya.

Inovasi yang dimaksud bukan hanya soal desain, tapi juga strategi menjual, membangun relasi, hingga doa bersama pegawai setiap pagi. Semua langkah kecil itu, katanya, menjadi bagian dari ekosistem Baboon.

“Bagi saya, syukur itu pondasi. Dari situ lahir energi positif. Lalu inovasi menjaga kita tetap relevan. Baboon bisa bertahan 28 tahun karena dua hal itu,” pungkasnya.


Topik

Ekonomi malang baboon kaos malang sablon



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri