JATIMTIMES - Kecanduan gawai kian menjadi tantangan besar bagi generasi muda, terutama di kalangan siswa sekolah dasar. Melihat fenomena tersebut, sekelompok mahasiswa yang berasal dari salah satu kampus swasta di Malang meresponsnya dengan cara yang berbeda.
Alih-alih melarang penggunaan gadget secara langsung, mereka memperkenalkan inovasi robot edukasi bernama CubeBot. Perangkat ini merupakan perangkat belajar interaktif yang dirancang untuk mengalihkan perhatian anak sekaligus mengasah kemampuan berpikir, kerja sama, dan keterampilan motorik mereka.
Baca Juga : 17.133 Maba Ikuti RAJA Brawijaya 2025, Perpaduan Tradisi dan Inovasi Digital
Muhamad Reza Pahlawan, salah satu penggagas, mengungkapkan bahwa ide ini lahir dari keprihatinan melihat banyak siswa kelas 4 hingga 6 SD yang menghabiskan waktu berlebihan dengan ponsel. “Teknologi memang memudahkan, tapi kalau tidak bijak digunakan, efeknya bisa mengurangi kreativitas dan interaksi sosial anak,” ujarnya, Senin, (11/8/2025).
Tim pengembang CubeBot terdiri dari lima mahasiswa lintas disiplin: tiga orang dari teknik elektro, satu dari akuntansi, dan satu dari pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). Perpaduan keahlian tersebut membuat proyek berjalan mulus, mencakup sisi teknis, manajerial, hingga pedagogis. Dari kolaborasi ini, lahirlah sebuah robot yang ramah digunakan anak-anak, berkat rancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang saling mendukung.
Tidak sekadar menciptakan robot, tim ini juga merancang ekosistem belajar yang mudah diikuti. CubeBot diprogram menggunakan aplikasi MBlock berbasis drag-and-drop blok visual, sehingga anak dapat mempelajari logika dasar pemrograman tanpa harus berhadapan langsung dengan sintaks rumit. “Dengan metode ini, belajar coding terasa seperti bermain,” jelas Reza.
CubeBot telah diuji di beberapa sekolah dasar. Ke depan, program ini akan dikembangkan menjadi kegiatan ekstrakurikuler di lebih banyak sekolah. Keunggulan utama CubeBot terletak pada desain modularnya. Satu set robot dapat dirakit menjadi tiga model: line follower (mengikuti garis), transporter (mengangkut barang), dan avoid obstacle (menghindari rintangan).
Menurut Reza, fleksibilitas ini membuat CubeBot berbeda dari robot edukasi lain yang umumnya hanya memiliki satu fungsi tetap. “Dengan satu robot, anak-anak bisa belajar banyak hal dan tidak cepat bosan,” katanya.
Baca Juga : Membangun Ekosistem Royalti Musik yang Berkeadilan: Saatnya Hak Cipta Menjadi Pilar, Bukan Jerat
Konsep modular tersebut memberi kesempatan bagi siswa untuk terus bereksperimen. Saat merakit, memprogram, dan bekerja dalam kelompok, mereka tidak hanya belajar berpikir sistematis, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan koordinasi motorik.
Tim berharap inovasi ini bisa menjangkau lebih banyak sekolah di Malang dan Jawa Timur. Harapannya, CubeBot dapat menjadi media pembelajaran yang menyenangkan sekaligus efektif, membentuk generasi yang melek teknologi, kreatif, dan mampu berpikir kritis.