Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Budaya dan Seni

8 Wanita dalam Perjalanan Cinta Pangeran Diponegoro

Penulis : Dede Nana - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

17 - Oct - 2018, 18:27

Placeholder
Lukisan Pangeran Diponegoro bersama para istrinya. (Ist)

MALANGTIMES - Bendara Raden Mas (BRM) Antawirya atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro bukan nama asing bagi masyarakat Indonesia. Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pahlawan nasional yang terbilang paling populer dikarenakan pengobar perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda.

Perang ini disebut sebagai perang besar sepanjang sejarah dengan korban paling besar juga. Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.

Baca Juga : Pernah Bikin Album Bareng, Bebi Romeo Kenang Perjalanan Bermusik Bersama Glenn Fredly

Diponegoro dikenal karena keberanian, kegigihan, serta kecerdasannya dalam menghadapi berbagai pertempuran melawan Belanda. Sikap heroik serta karisma Diponegoro inilah yang membuat dirinya dikenang sampai saat ini.

Tapi, dalam berbagai kehebatannya tersebut, banyak yang tidak mengetahui mengenai kisah asmaranya bersama para perempuan yang menjadi istrinya. Kisah asmara Diponegoro tercatat dalam Babad Dipanagara: an account of the outbreak of the Java War (1825-30): the Surakarta court version of the Babad Dipanagara. Kuala Lumpur: Printed for the Council of the M.B.R.A.S. by Art Printing Works. Monograph (Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. Malaysian Branch); no.9 yang ditulis oleh Peter Carey. Buku tersebut bersumber dari buku catatan Diponegoro ”Babad Diponegoro”.

Walau kisah asmara Diponegoro banyak versi secara jumlah istri yang dinikahinya, dari berbagai sumber buku serta silsilah yang ada di Tepas Darah Dalem Kraton Yogyakarta dan pengakuan keturunannya sampai saat ini, jumlah istri Diponegoro sebanyak 8 orang.

Banyak faktor yang menyebabkan kisah asmara Diponegoro memiliki bermacam versi. Pertama, penjajah sengaja mengaburkan hubungan kekerabatan agar tidak terjadi persekutuan serta menimbulkan perlawanan terus-menerus kepada Belanda. Hal ini terlihat dengan berlanjutnya peperangan melawan penjajah yang dilanjutkan oleh para putra Diponegoro. Ki Sodewa atau Bagus Singlon, Dipaningrat, Dipanegara Anom, Pangeran Joned yang terus-menerus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat putra Diponegoro dibuang ke Ambon. Sementara Pangeran Joned terbunuh dalam peperangan. Begitu juga Ki Sodewa.

Kedua, ketidakharmonisan dengan kalangan istana yang menyebabkan pemutusan hubungan administrasi yang berkaitan dengan kekeluargaan. Serta ketiga, pengaburan silsilah merupakan strategi Diponegoro untuk menyembunyikan identitas keluarganya agar tidak menjadi sasaran penjajah. Lantas terhadap siapa sajakah Diponegoro melabuhkan hatinya selama masa kehidupannya.

Diponegoro pertama menikah ketika masih di Puri Tegalrejo pada tahun 1803 dengan Raden Ayu Retno Madubrongto, putri kedua Kiai Gedhe Dadapan di Tempel Sleman, dekat perbatasan Kedu dengan Jogjakarta. Kiai Gede Dadapan pernah menjadi pengasuh Diponegoro saat kecil serta bertugas mengurus berbagai kebutuhannya selama dirinya mondok sebagai santri. Kedekatan inilah yang membuat Diponegoro melabuhkan cintanya kepada Retno Madubrongto, seorang wanita yang solehah dan sangat memahami jalan pikiran dan jalan hidup suaminya. Dari pernikahan ini, lahirlah dua putra Diponegoro bernama Raden Mas Ontowiryo II dan Raden Mas Dipoatmojo.

Pernikahan kedua Diponegoro terjadi setelah Retno Madubrongto wafat sekitar tahun 1814. Diponegoro menikahi Raden Ajeng Supadmi yang akhirnya diberi nama RA Retnakusuma, putri Raden Tumenggung  Natawijaya III, bupati Panolan, Jipang, tahun 1807. Pernikahan ini tidak berjalan baik karena sang istri tidak bersedia mengikuti Diponegoro. Dia memilih tinggal di istana karena sudah terlanjur menikmati kehidupan gaya istana sejak sebelum menjadi istri Diponegoro.

Hal ini kemudian membuat Diponegoro kembali menikahi putri seorang kiai di wilayah Selatan Jogjakarta bernama RA Retnodewati, tahun 1808. Dari pernikahannya tersebut, lahir dua orang putri yang diberi nama Raden Ajeng Impun yang kelak dikenal dengan nama Raden Ayu Basah dan Raden Ayu Munteng atau Raden Ayu Gusti.

Baca Juga : Duet Dian Sastro dan Yura Yunita Saat di Rumah Saja, Warganet: Awet Mudanya Gak Ada Akhlak

Pernikahan keempat, tahun 1810, terjadi saat Diponegoro melakukan perjalanan ke wilayah timur. Diponegoro menikah dengan Raden Ayu Citrowati, puteri Raden Tumenggung Ronggo Parwirosentiko. Citrowati meninggal dalam kerusuhan di Madiun 1814 dan memiliki seorang bayi bernama Raden Mas Singlon.

Kematian istri keempatnya tersebut mengantarkan Diponegoro pada pernikahan kelimanya dengan RA Maduretno. Tahun 1826 Diponegoro diangkat menjadi sultan di Dekso. Sang istri pun menjadi permaisuri. Dari pernikahan ini, lahirlah Raden Mas Joned dan Raden Mas Roub.

Raden Ayu Maduretno juga dikenal dengan Raden Ayu Ontowiryo atau Raden Ayu Diponegoro. Setelah istrinya meninggal, nasib kembali melemparkan Diponegoro ke pelukan seorang perempuan bernama RA Retnaningsih, putri Raden Tumenggung Sumoprawiro, bupati Jipang Kepadhangan. Pernikahan keenamnya ini melahirkan beberapa putra, yakni Raden Mas Kindar (1832), Raden Mas Sarkuma (1834), Raden Mas Mutawaridin (1835), Raden Ayu Putri Munadima (1836), Raden Mas Dulkabli (1836), Raden Mas Rajab (1837) dan Raden Mas Ramaji (1838).

Carey dalam buku Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (2014) dan Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa (2012) Dalam Babad Dipanegara yang ditulis sendiri oleh sang pangeran dalam masa pembuangan di Manado, mengatakan Diponegoro mengidentifikasikan dirinya seperti Arjuna, tokoh Pandawa yang paling tampan. Namun, menurut Peter Carey, dalam hal penampilan fisik, Diponegoro tidak dapat disebut setampan Arjuna, tetapi dapat dikatakan “cukup enak dipandang oleh mata Jawa.”

Kisah asmara Diponegoro tidak berhenti pada pernikahan keenamnya. Tahun 1825, ketika perang dimulai, Diponegoro menikah kali ketujuh dengan RA Retnakumala, putri Kiai Guru Kasongan. Dari pernikahan ini, lahir tiga orang putri. Yaitu Raden Ayu Herjuminten, Raden Ayu Herjumerut dan Raden Ayu Hangreni. Pernikahan Diponegoro kedelapan adalah dengan RA Ratnaningsih yang mengikutinya dalam pembuangan. (*)


Topik

Hiburan, Budaya dan Seni Pangeran-Diponegoro bendara-Raden-Mas-(BRM)-Antawirya Perjalanan-Cinta-Pangeran-Diponegoro



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Dede Nana

Editor

Sri Kurnia Mahiruni