MALANGTIMES - Android biasa digunakan oleh anak-anak untuk bermain game atau bermain social media.
Namun berbeda dengan siswa siswi SD dan SMP Bina Bangsa School.
Baca Juga : Belajar dari Rumah Lewat TVRI Mulai Hari Ini, Intip Jadwalnya Yuk!
Android dan ipad mereka malah digunakan untuk mengendalikan robot. Tadi siang (27/9/2018), sebanyak 150 siswa SD dan SMP Bina Bangsa Malang, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Balikpapan berlomba mengendalikan robot mereka.
Lomba tersebut disebut MakeX Competition. Lomba robotic yang berasal dari China yang disponsori oleh Makeblock sebagai pengembang pendidikan edukasi STEAM (Science Technologi Engineering Art Math).
Peserta mengendalikan robot menggunakan apikasi Makeblock. Sebelumnya, mereka belajar memprogram dengan aplikasi Mblock.
Lomba robotik ini mengangkat tema Blue Planet. Tema tersebut menitikberatkan pada kemampuan anak dalam mengatasi beberapa masalah lingkungan hidup dan menciptakan planet yang lebih baik.
Persoalan yang diselesaikan dalam lomba adalah memilah sampah dan mengonversi limbah rumah tangga menjadi energi baru.
Ada suatu arena untuk jalannya robot yang beberapa rintangan. Dalam menyelesaikan rintangan tersebut, peserta harus melakukan desain konstruksi robot (engineering) dan melakukan pemerograman (coding).
“Ada arenanya. Mereka harus melalui beberapa rintangan. Konsepnya blue planet. Jadi bagaimana anak-anak membuat planet kita menjadi lebih baik. Yakni dengan memisahkan sampah berdasarkan warna. Kemudian membuang limbah. Anak-anak juga seolah-olah memonitoring kualitas udara,” papar Erwin Octavia, CEO dari PT. Joindo Eka Handal, Distributor Utama Makeblock di Indonesia.
Memang, kegiatan ini sangat mendukung perkembangan anak-anak Bina Bangsa yang sudah menggunakan kurikulum STEAM.
Direktur Bina Bangsa School Malang Setiani Soejanto menyatakan bahwa anak didiknya cukup cepat dalam mempelajari teknologi.
Baca Juga : Siswa yang Tak Punya Akses Internet Mulai Senin Belajar Lewat TVRI
“Memang kita baru menerapkan ini (kurikulum STEAM) di tahun ajaran ini. Namun saya lihat progresnya dalam dua bulan setengah ini luar biasa ya. Anak-anak ini sangat tanggap. Apalagi kalau menggunakan gadget,” ujarnya.
Menurut Setiani, kurikulum STEAM dipilih agar anak-anak siap menghadapi dunia luar yang serba teknologi. Anak-anak didorong agar bisa memanfaatkannya.
“Sekolahkan dituntut tidak hanya akademik, tapi nonakademiknya juga, skillnya untuk ke depannya sangat diperlukan. Kita punya teknologi dan kita harus bisa menggunakan lebih dari, misalnya, untuk mainan saja,” jelasnya.
Jadi kelak anak-anak tidak hanya menjadi operator saja, melainkan bisa menjadi inventor di kemudian hari. Jadi penemu suatu produk.
“Dunia ini lho saat ini semua pakai sistem teknologi. Anak-anak dasarnya dari sini dulu mungkin. Nanti dikembangkan lagi (ke level yang lebih tinggi). Lebih dari robot ini,” papar Setiani.
Untuk diketahui, pemenang dari lomba ini nantinya akan berlaga kembali menjadi perwakilan Makeblock Indonesia di kompetisi Internasional di China pada Desember nanti bersama 2000 murid yang datang dari 25 negara.