JATIMTIMES - Pemerintah DIY mulai menutup Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Minggu (23/7/2023) hingga (15/9/2023) nanti.
Penutupan TPST itu dilakukan akibat overload-nya sampah yang masuk ke TPST Piyungan.
Baca Juga : Viral Aksi Vandalisme di Gua Hira Makkah, Diduga Pelakunya Jamaah Indonesia
Hingga saat ini TPA Piyungan masih aktif difungsikan karena belum ada lokasi baru yang dapat digunakan sebagai lahan yang dibangunnya TPA.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membenahi dan meningkatkan fungsi dan kegunaan TPA ini, baik oleh Pemda DIY maupun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Namun, karena TPA tersebut memuat sampah dari tiga kabupaten yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, membuat TPA tersebut selalu dipenuhi sampah yang begitu banyak setiap harinya.
Rata-rata per hari sampah yang dibuang ke TPA Regional Piyungan ± 700 Ton dengan jenis sampah yang dominan adalah sampah organik sebesar kurang lebih 72 persen dari total sampah yang ada.
Berdasarkan data Pemda DIY, total volume sampah tertinggi berasal dari Sleman, yakni 53.096 ton sejak Januari hingga Juni 2023. Kota Yogyakarta mencatat volume sampah terbesar kedua di angka 43.932 ton selama enam bulan. Sedangkan volume sampah Bantul yang masuk ke TPA Piyungan selama enam bulan terakhir mencapai 30.828 ton.
Sementara, terkait penutupan TPA Piyungan membuat berbagai pihak buka suara. Salah satunya seperti wanita ini.
Wanita ini membuat video berisikan saran bagi pemerintah Yogyakarta terkait pengolahan sampah yang berlebih.
Dilansir dari akun Instagram @risakarmida, ia mengatakan jika dirinya memiliki dua usul utama dalam pengolahan sampah.
Yang pertama, menurutnya adalah pengolahan sampah yang tidak ada kejelasan dalam proses pengolahannya dan hanya terlihat menumpuk saja.
Ia lalu menyarankan agar melakukan studi banding ke Solo yang mana di sana telah memiliki alat untuk mengolah sampah menjadi tenaga listrik.
"Kalau mau study banding gausah jauh-jauh bapak ibu, gausah ke luar negeri. Cukup ke Solo.," katanya.
"Di sana ratusan sampah telah diolah menjadi tenaga listrik setiap harinya," sambungnya.
Baca Juga : Kasus Galuh yang Kelaparan dan Mencuri di Indomaret Jadi Sorotan, Sudah 60 Hari Mendekam di Penjara
Saran yang kedua adalah pemilahan sampah organik dan anorganik. Ia mengatakan jika yang menjadi masalah adalah sampah anorganik.
Ia lalu menyarankan agar pemerintah tidak perlu membuat aturan yang memaksa masyarakat untuk memilah sampah dari rumah.
Wanita itu lalu mengatakan jika mengatur masyarakat itu adalah hal yang mudah. Yang sulit menurutnya adalah mengatur sampah pariwisata.
"Sebenarnya ngatur masyarakat itu gampang si tinggal buat aturan. Yang susah adalah sampah pariwisata. Karena kota Yogya juga pariwisatanya luar biasa sampahnya luar biasa," ungkapnya.
Ia lantas mempertanyakan siapa nantinya yang akan memilah milih sampah pariwisata itu.
"Itu yang mau memilah milih siapa dan yang mengolah siapa?" tanya wanita itu.
Mengakhiri videonya, ia lantas meminta solusi dari pemerintah terkait permasalahan yang ada. Ia juga meyakini masyarakat Yogya akan mendukung semua saran yang menuju perubahan yang lebih baik.
"Tolong bapak ibu dipikirkan solusinya, apapun itu jika demi kebaikan masyarakat Yogya siap mendukung," katanya.
"Jika kami sendiri yang berhasil mencari solusi nanti kami yang menjadi pejabat . Kan gaenak ya," pungkasnya.