BATUTIMES - Desa wisata di Kota Batu terus menunjukkan kreativitasnya agar lebih menarik perhatian wisatawan. Salah satunya di desa wisata yang kini terus dikembangkan yakni De Berran.
Uniknya, jika bermain di tempat wisata lain wisatawan tidak diperbolehkan membawa makanan. Di sana sangat diperbolehkan. Sebab wisata ini adalah wisata keluarga.
Baca Juga : Curhat Pelaku Pariwisata ke Menteri Pariwisata Wishnutama, Seperti Apa ?
Saat ini wisata bermain ini sedang membangun rumah minang. Di rumah ini pengunjung diperbolehkan untuk masak, makan dan beristirahat di sana.

“Bagi yang tidak berenang atau sedang menunggu anaknya kami sediakan rumah minang ini. Boleh masak, makan dan istirahat. Karena memang di sini kami memperbolehkan pengunjung bawa makanan,” ungkap Sugiono, pengelola kampung wisata De Berran, Sabtu (3/2/2018).
Hingga saat ini masih proses pengembangan namun sudah tersedia dua unit rumah minang. Rencananya akan berdiri 10 rumah minang. Nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas lain seperti gazebo.
Saat ini di lokasi terdapat tiga kolam dengan ukuran yang berbeda-beda. Kedalaman air ada yang 100 centimeter, 150 centimeter dan 80 centimeter. Satu kolam lebarnya beragam, mulai 50 sampai 200 meter persegi.

Kelebihan De Berran ini adalah airnya yang jernih karena bersumber dari mata air langsung.
“Keuntungannya karena di sini dekat sekali dengan sumber (mata air) sehingga setiap hari airnya diganti,” katanya.

Tempat ini juga sangat alami karena letaknya di antara pepohonan di tengah masyarakat dengan suasana pedesaan dan udara alami yang menarik banyak wisatawan. Pengunjung yang datang ke tempat ini mencapai 200 orang khususnyasaat akhir pekan.
Baca Juga : Penutupan Tempat Wisata dan Hiburan di Kota Batu Diperpanjang sampai 21 April
“Waktu liburan panjang lalu kita pernah tembus hingga 600 orang sehingga overload. Ada beberapa wisatawan yang terpaksa pulang karena kolam bermain penuh,” ujarnya kepada BatuTIMES.

Ia menambahkan destinasi wisata ini memang diperuntukkan bagi masyarakat menengah kebawah. “Kalau rekreasi yang mahal gak mampu ambil segmen itu. Bisa ke sini, karena kami menyasar masyarakat menengah ke bawah,” jelas alumnus Universotas Gajahyana Malang ini.
Hingga saat ini pengembangan destinasi ini baru mencapai 40 persen dari target yang diinginkan. Nantinya, fasilitas akan terus ditambah. Salah satunya adalah spot swafoto dengan memanfaatkan alam yang ada dan berbeda dari yang lain.
“Lalu kami juga akan ada tambahan wisata kesehatan. Yang jelas kami ingin menyuguhkan sesuatu yang berbeda,” tutupnya.