MALANGTIMES - Satu lagi produk fesyen hijab yang diproduksi di Malang. Memilih nama label MD Room, Dita Yaniskova memasarkan produk hijab instan lewat akun media sosial Instagram @md_room.
Wanita asal Kepanjen itu memproduksi varian hijab instan dengan bahan bubble crepe. Kain jenis ini berserat serta lebih timbul atau bergelembung. Oleh sebab itu, bahan ini disebut dengan bubble.
Baca Juga : Fashion Hijab Wud Hadirkan Koleksi Baru, Pertahankan Bisnis Saat Pandemi Covid-19
Dita menjelaskan sejak 2015 silam, hijab instan produk MD Room diproduksi. Dibantu seorang penjahit, Dita bisa memproduksi banyak stok hijab instan bubble crepe bergantung permintaan.
"Jujur saya nggak ngitung produksi jilbab instan MD Room ini. Soalnya memang saya sesuaikan dengan permintaan," jelasnya kepada MALANGTIMES, Kamis (7/9/2017).
Ada tiga model jilbab instan yang ia produksi. Semua jenis jilbab itu menutup dada. "Kita baru luncurkan tiga model. Ini juga akan ada model baru, yakni khimar," imbuh wanita berparas ayu itu.
Khimar adalah penutup kepala, leher yang menjulur hingga menutupi dada wanita dari belakang maupun dari depan. Penggunaan khimar harus menjulur lurus ke bawah dari kepala hingga menutupi bagian dada wanita.
Varian hijab instan produksi MD Room ditawarkan dengan harga bersahabat. Dita mengaku ia memang sengaja mematok pasar mahasiswi. Meski harga ramah kantong, kualitas hijab menjadi perhatian utama. "Kalau harga untuk model hijab instan yang bahan bubble crepe tadi, kita start dari harga Rp 40 ribu sampai Rp 45 ribu sih," imbuh wanita kelahiran 1993 itu.
Baca Juga : Sarung Tangan Mirip Kulit Manusia Bisa Cegah Covid-19? Unik atau Seram Ya?
Selain produksi sendiri, ada beberapa hijab MD Room yang dipasok dari supplier hijab asal Jakarta dan Bandung. "Ada beberapa hijab yang emang udah aku ambil dari beberapa kota," ujar Dita.
Penggemar hijab MD Room produksi wanita asal Malang itu tak hanya dari wilayah Malang Raya, tetapi sudah menjangkau Bali dan Kalimantan. "Bahkan kemarin aku juga ngirim ke Hongkong," pungkasnya.
Dari usaha yang dimulai tahun 2014 itu, Dita bisa meraup omzet hingga Rp 2 juta per bulan. (*)