Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Gaya

Ahmad Nur Hasyim, Tukang Parkir Bertato yang Cinta Budaya dan Fotografi

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Redaksi

23 - Apr - 2017, 22:47

Placeholder
Ahmad Nur Hasyim bersama barong kesayangannya (Anggara Sudiongko/MalangTIMES)

MALANGTIMES - Apapun profesi atau latar belakang seseorang terkadang  tak akan bisa menghalangi kecintaannya terhadap budaya dan kesenian asli bangsanya. Sebab, semua warga berhak mencintai budaya bangsanya.

Baca Juga : Viral Desainer Arnold Putra yang Bikin Tas dari Tulang Manusia, Lihat Bentuknya!

Salah satu contohnya adalah Ahmad Nur Hasyim (26) seorang pemuda bertato yang berprofesi manjadi tukang parkir di salah satu universitas di Kota Malang. 

Sosok pemuda berbadan gempal ini, merupakan seorang pecinta kesenian kuda lumping dimana ia bersama ke tiga rekannya yaitu Agus, Siswanto dan Irul akhirnya mendirikan sebuah sasana budaya kuda lumping bernnama Turonggo Among Tlogo.

Pemuda yang bertempat tinggal di Jalan Tlogo Indah, gang 2, nomor 60, Tlogomas ini mulai menekuni kesenian kuda lumping ini sejak dahulu.

Awalnya ia bersama rekan-rekannya iseng mengikuti perlombaan kuda lumping di Gedung Kesenian Gajayana Malang dengan persiapan yang hanya sebentar dan tanpa modal alat atau hal lainnya.

"Ya wes gak siap-siap mas,  sama teman-teman langsung ikut saja, sebenarnya tidak berharap juara, lagi pula rasanya juga nggak mungkin, lawannya bagus-bagus, waktu itu saya masih main gong, belum megang barong seperti sekarang," tandasnya, Minggu (23/4/2017)

Lanjutnya, dirasa sudah putus asa tak akan menang, akhirnya ia dan rekan-rekannya beranjak pulang ketika sudah mulai pengumuman pemenang dalam perlombaan kesenian kuda lumping tersebut. 

Tak dinyana ketika sudah berjalan kurang lebih 15 meter dari lokasi perlombaan betapa kagetnya ketika mereka mendengar bahwa yang dapat juara satu adalah kelompok kesenian kuda lumping mereka.

Sontak mereka pun langsung berlari kegirangan, kembali ke lokasi perlombaan dan mendapatkan piagam penghargaan serta uang pembinaan.

"Mulai dari sinilah kami bersemangat untuk lebih mengembangkan kesenian kuda lumping dan mencicil peralatan untuk kesenian kuda lumping. Jadi dulu benar-benar nggak punya alat apa-apa sampai akhirnya nyicil lama-lama terkumpul," ungkapnya.

Setelah itulah mereka mulai menemukan alurnya, mulai mendapat tawaran-tawaran main dan mulai mengikuti perlombaan perlombaan lain di mana mereka selalu mendapatkan juara favorit dalam setiap perlombaan.

"Pernah kami main di daerah pegunungan Semeru malah tanpa dibayar, hanya dibayar rokok. Namun kami tetap senang karena itu pertama kali kami main di luar. Sekarang ya sudah pernah main ke berbagai kota, seperti Mojokerto, Kediri, dan Pasuruan," jelasnya

Setelah melalui banyak hambatan dalam memertahankan kesenian kuda lumping Turonggo Among Tlogo,  perlahan ia bisa memiliki peralatan kuda lumping, mulai dari barong, gamelan dan peralatan lainnya, yang diakuinya dibeli dengan susah payah.

Baca Juga : Seniman Ini Buat Masker Berkarakter Facehugger di Film Alien, Bisa Cegah Covid-19?

"Alhamdulilah sampai saat ini banyak job main yang kami terima, dimana kami selalu bekerja sama dengan  grup lain seperti Reog Ponorogo. Ya untuk sekali main mulai Rp 2,5 juta," ujarnya

Sementara itu, kecintaannya terhadap kesenian kuda lumping  dimulai semenjak kecil, dimana saat dulu masih banyak grup-grup kesenian kuda lumping yang sering ditonton di berbagai tempat. 

"Dulu sudah sering megang alat kuda lumping tapi sering megang alat kuda lumping tapi mainnya ya masih ngawur mas. Dulu saya juga pernah diajarkan bermain alat gamelan seperti gong oleh orang Merjosari namanya Cak Sugik, namun sekarang orangnya sudah meninggal, dia salah satu orang yang berjasa bagi saya mengajarkan keseninan kuda lumping," bebernya pria ramah ini

Dengan kegemaran dan kecintaannya ini, sering juga ia dipandang sebalah mata oleh seseorang yang memang tidak menyukai kesenian ini. 

Namun hal itu tidak membuatnya merasa minder dan malah membuatnya semangat untuk lebih menanamkan kecintaan budaya kesenian kuda lumping ini. 

"Ya sering disindir-sindir orang kesenian apa itu, ndeso, namun ya dibawa santai saja, tidak saya dengar, yang penting saya berusaha melestarikan kesenian warisan bangsa. Banyak teman-teman saya yang suka kuda kumping sekarang, bahkan penontonnya, anak-anak muda dari berbagai daerah," ungkap pemuda yang rumahnya dekat dengan kediaman Wali Kota Malang HM Anton.

Ahmad juga mengungkapkan kegundahannya, dimana selama ini ia mengembangkan kesenian kuda lumping bersama teman-temannya, tidak pernah sedikitpun ada bantuan atau uluran tangan dari Pemerintah Kota dalam hal ini Wali Kota Malang.

"Setiap kami ingin mengadakan suatu acara kesenian, kami selalu mencari biaya sendiri, tak pernah ada bantuan, kami juga sering mengirimkan proposal namun juga tidak pernah direspon. Tapi kalau misalnya kami main disuatu tempat, Wali Kota baru mengakui bahwa kuda lumping ini dari daerahnya," tandasnya.

Karenanya ia berharap setidaknya ada sedikit bantuan dari pemerintah dalam pengembangan budaya kesenian kuda lumping ini agar lebih bisa berkembang lagi lebih bisa berkembang lagi bahkan nantinya juga bisa mengharumkan nama Kota Malang.

Dan siapa sangka juga, tukang parkir ini juga mempunyai hobi fotografi dengan keahlian yang cukup handal dalam memegang kamera dan hasil karya-karyanya yang bagus bersma sejumlah model yang sudah diunggah diakun instagramnya  yakni @ahmadnurhasyim


Topik

Gaya malang berita-malang



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Redaksi