MALANGTIMES - Harga vanila bubuk di pasaran yang masih tinggi, mendorong 4 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) ciptakan bahan alternatif dari limbah pertanian seperti serabut kelapa, jerami dan kulit kakao.
Himawan Auladana, Rizki Septian C.K, Rulyawan Ediwasito, dan Elyda Amelia Noor temukan LignoFlava, sejenis vanillin alami. Vanilin merupakan senyawa fenolik yang dihasilkan dari tumbuhan vanila.
Baca Juga : Mahasiswa UB Temukan Probiotik Peningkat Produksi Daging dan Telur
"Ligno Flava merupakan alternatif vanila pod. Vanila sendiri merupakan zat tambahan pangan yang banyak digunakan. Kebutuhannya juga tinggi dan tumbuhannya sendiri harganya mahal," ujar anggota tim Lignoflava, Rulyawan Ediwasito, pada Senin (3/4/2017).
LignoFlava dihasilkan melalui senyawa lignin yang didapat setelah fermentasi jamur Serpula Lacrymans dengan komposisi 20% dari berat bahan.
"Jamur ini memecah kandungan lignocelulosa pada sabut kelapa, cangkang coklat dan jerami. Sejauh ini, senyawa lignin paling banyak didapat pada sabut kelapa, sebanyak 30 persen. Lignin yang dipecah ini kemudian dimodifikasi menjadi vanilin", jelasnya.
Pemilihan sabut kelapa sendiri sebagai bahan baku karena bahan ini banyak terdapat di Indonesia sebagai negara penghasil kelapa terbesar.
LignoFlava dapat disebut sebagai produk vanilin yang ramah lingkungan. Selain itu juga bahan ini ramah lingkungan, hemat energi dan tidak berdampak pada lingkungan.
Sebagai vanilin alami, LignoFlava dapat menjadi salah satu bahan tambahan pangan terbaru yang dapat meningkatkan rasa namun tidak mengancam kesehatan.
Baca Juga : Bisnis Kreatif Lima Mahasiswa Asal Malang Ini Ternyata Manfaatkan Barang Bekas
Penelitian ini membawa UB menjadi salah satu peserta kompetisi Thought For Food 2017 yang akan diselengggarakan di Amsterdam, Belanda.
"Dalam kompetisi ini, tim LignoFlava menjadi satu-satunya delegasi dari Indonesia dan bersaing melawan 9 delegasi lain dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Malaysia, Perancis, Inggris, Columbia, Uganda dan India", ujar anggota tim lain, Rizki Septian.
Thought for Food 2017 merupakan kompetisi tentang pangan bertaraf internasional. Kegiatan ini akan diselenggarakan di Amsterdam pada bulan Mei 2017. (*)