Mendengar kesenian wayang krucil memang namanya tak setenar wayang kulit ataupun wayang golek. Sebagian masyarakat belum banyak mengetahui bahwa sejarah kesenian wayang krucil merupakan kesenian asli khas dari Dusun Wiloso, Desa Gondowangi Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
Untuk mengangkat dan melestarikan kesenian wayang di era 1960 itu, Kecamatan Wagir membawa Wayang Krucil dalam Expo Pembangunan Kabupaten Malang 2018.
Dari pantauan MalangTIMES, konsep stan yang diusung Kecamatan Wagir dalam pameran kali ini mengusung tema Back to Nature. Terlihat stan didesain dengan dinding depan memakai kayu jati dan didalam ruangan tertata wayang krucil menancap di tengah alat musik tradisional.
Sejatinya masyarakat Desa Gondowangi menganggap wayang krucil sebagai tradisi budaya yang sakral setiap awal bulan Syawal.
Setiap awal bulan Syawal masyarakat sekitar melaksanakan pagelaran wayang krucil yang dilakukan oleh pemiliknya yaitu Mbah Saniyem. Sekarang ini, generasi Mbah Saniyem sudah beralih ke tangan generasi ketujuh.
Camat Wagir, Ichwanul Muslimin mengatakan kesenian wayang krucil saat ini satu-satunya yang masih dilestarikan di Dusun Wiloso saja.
"Pemilik wayangnya yaitu Mbah Saniyem, sekarang dipegang oleh cucunya yang ketujuh dari Pangeran Pekik. Dimana wayang ini sebagai sarana syiar petuah atau sosialisasi setiap tradisi Sawalan," kata Ichwanul kepada MalangTIMES, Jumat (24/8/2018).
Lebih lanjut dirinya menerangkan bahwa syiar yang disampaikan dalam wayang krucil ini tentang petunjuk hidup yang berasal dari Alquran umat muslim.
"Makanya di stan, kami bawa semua wayang krucil bukan replika tapi aslinya sesuai dengan ketokohan dalam pewayangan diantaranya ada tokoh Sengkuni dan lengkap bersama sajennya dan kelapa sebagai cikal bakalnya. Karena orang dulu masih percaya dengan paham animismenya dengan ritual tertentu," terangnya.
Makanya orang dahulu menggunakan media wayang krucil untuk ritual tertentu agar apa yang menjadi keinginannya dapat tersampaikan. Selain memamerkan kesenian wayang krucil, ternyata Kecamatan Wagir juga memiliki kesenian panahan.
"Stan kami ada alat kesenian tradisional olahraga panahan yang diciptakan oleh perajin asal Parangargo, Wagir bernama Gatot. Panahan dari kayu dan bambu ini diciptakan sebagai senjata sarana berburu pada zaman itu," tegasnya.
Dengan beragam kesenian tradisional yang dimiliki Kecamatan Wagir, dirinya berharap kepada generasi muda mampu menggali sekaligus melestarikan kesenian budaya asli Wagir.
"Kalau kita gali kesenian budaya dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, maka miniatur Indonesia semuanya lengkap ada di Kabupaten Malang. Khususnya Wagir dalam melestarikan ritual keagamaan dengan menggelar event Festival Ogoh-ogoh," pungkasnya.