Kader Potensial NasDem Kota Malang Hengkang, Buntut Pergantian Ketua DPD

Reporter

Riski Wijaya

Editor

A Yahya

29 - Dec - 2025, 07:58

Ilustrasi.(Foto: Istimewa).

JATIMTIMES - Pergantian Ketua DPD Partai NasDem Kota Malang pada Juli 2025 rupanya menyisakan dinamika yang tak sepenuhnya terlihat di permukaan. Enam bulan berselang sejak Surat Keputusan (SK) kepengurusan baru terbit, gelombang kekecewaan justru muncul secara senyap dan berujung pada eksodus sejumlah kader potensial NasDem ke Partai Gerindra.

Berbeda dengan konflik terbuka yang kerap terjadi di partai politik lain, gejolak internal NasDem Kota Malang berjalan tanpa riuh. Namun dampaknya nyata. Sejumlah kader strategis, termasuk mantan Ketua DPD NasDem Kota Malang Abdul Hanan Jalil, memilih hengkang dan berlabuh ke Gerindra dengan membawa “gerbong” pendukungnya.

Baca Juga : Eva Hestiyawati Potensi Catat Sejarah sebagai Perempuan Pertama Jabat Ketua Golkar Banyuwangi 

Tercatat, sedikitnya tiga kader yang juga merupakan calon legislatif (caleg) pada Pemilu 2024 dengan perolehan suara signifikan di tiga daerah pemilihan—Kedungkandang, Klojen, dan Sukun—ikut meninggalkan NasDem.

Tak hanya itu, rombongan dari Garnita Malahayati, organisasi sayap perempuan NasDem, di bawah kepemimpinan Bendahara DPD NasDem era Hanan Jalil, Siti Romlah atau yang akrab disapa Hj. Rossa, juga turut bergabung dalam arus eksodus tersebut.

Menurut Hj. Siti Romlah, kekecewaan Hanan Jalil bermula dari absennya komunikasi pasca pergantian kepemimpinan. Sejak Suyadi ditetapkan sebagai Ketua DPD NasDem Kota Malang yang baru, tidak pernah ada upaya silaturahmi ataupun komunikasi langsung dengan Hanan Jalil.

“Pak Hanan merasa sangat tidak dihargai. Sejak pergantian ketua di bulan Juli, tidak pernah sekalipun diajak komunikasi atau sekadar silaturahmi. Padahal beliau membesarkan NasDem dari nol di Kota Malang,” ujarnya.

Kondisi tersebut menjadi titik balik ketika Partai Gerindra mengajak Hanan Jalil untuk bergabung. Tawaran itu disambut tanpa keraguan. Puncaknya, Hanan Jalil bersama rombongannya resmi bergabung dengan Gerindra dalam apel akbar konsolidasi pada 20 Desember 2025 lalu.

Retaknya soliditas internal NasDem Kota Malang sejatinya telah tercium dari dinamika di tubuh fraksi DPRD. Suyadi yang menjabat Ketua DPD sekaligus anggota DPRD Kota Malang, disebut berjalan sendiri dalam menyusun struktur dan agenda kepartaian.

Dua anggota DPRD NasDem lainnya, Dito Arief Nurakhmadi dan Dwicky Salsabil Fauza, hanya dilibatkan sebatas undangan dalam kegiatan-kegiatan partai. Ironisnya, hampir seluruh agenda NasDem Kota Malang belakangan ini terpusat di Kecamatan Sukun—daerah pemilihan Suyadi sendiri.

Hal ini memunculkan kesan kuat bahwa kepartaian berjalan tidak inklusif dan minim konsolidasi lintas dapil.
Situasi ini pun memunculkan kekhawatiran serius terhadap masa depan elektoral NasDem Kota Malang.

Eksodus kader, hengkangnya mantan caleg dengan basis suara nyata, serta friksi internal berpotensi menggerus perolehan suara partai pada Pemilu 2029 mendatang.

“Kalau melihat komposisi pengurus sekarang, tidak ada figur yang benar-benar punya daya tarik elektoral atau pengalaman politik kuat. Target lima kursi di 2029 itu berat sekali, bahkan bisa dibilang hanya mimpi di siang bolong,” pungkasnya.

Dengan kondisi tersebut, NasDem Kota Malang tampaknya menghadapi pekerjaan rumah besar. Tanpa rekonsiliasi dan konsolidasi menyeluruh, dinamika senyap ini bisa berubah menjadi krisis elektoral yang nyata.

Menanggapi isu perpindahan kader tersebut, Ketua DPD NasDem Kota Malang, Suyadi, menegaskan bahwa sejauh yang ia ketahui secara resmi, hanya satu nama yang telah bergabung ke partai lain.

Baca Juga : Malam Tahun Baru, Arus Penumpang Terminal Arjosari Diprediksi Tembus 8.000 Orang

“Yang saya ketahui dan resmi hanya Pak Hanan. Untuk yang lain saya belum menerima konfirmasi langsung, sehingga saya tidak ingin menduga-duga,” ujar Suyadi.

Ia menekankan bahwa setiap kader memiliki hak politik untuk menentukan pilihan dan berkarier di partai mana pun. Menurutnya, dinamika seperti ini merupakan hal yang lumrah dalam dunia politik.

Tercatat, sedikitnya tiga kader yang juga merupakan calon legislatif (caleg) pada Pemilu 2024 dengan perolehan suara signifikan di tiga daerah pemilihan—Kedungkandang, Klojen, dan Sukun—ikut disebut-sebut meninggalkan NasDem. Namun terkait kabar tersebut, Suyadi kembali menegaskan belum ada laporan resmi yang ia terima.

“Kalau memang ada yang pindah, itu hak mereka. Setiap orang tentu ingin mendapatkan peluang terbaik dalam berpolitik,” katanya.

Meski demikian, Suyadi mengakui adanya tantangan dan kekhawatiran di internal partai. Namun ia menegaskan bahwa kondisi tersebut justru menjadi pemicu untuk melakukan penguatan organisasi.

“Khawatir itu pasti ada. Tapi sebagai ketua partai, tugas kami adalah mencari solusi. Saat ini kami sedang menyusun roadmap dan melakukan konsolidasi kepengurusan kota hingga kecamatan. SK sudah keluar, tinggal penguatan struktur,” tegasnya.

Situasi ini tetap memunculkan kekhawatiran terhadap masa depan elektoral NasDem Kota Malang. Eksodus kader, hengkangnya mantan caleg dengan basis suara signifikan, serta friksi internal berpotensi menggerus perolehan suara partai pada Pemilu 2029 mendatang.
Namun Suyadi menilai kontestasi politik masih cukup panjang untuk disikapi dengan kepala dingin.

“Pemilu masih lama. Dinamika seperti ini harus dihadapi dengan tenang dan ikhlas. Dari situ akan muncul solusi dan kader-kader baru,” pungkasnya.

Dengan kondisi tersebut, NasDem Kota Malang menghadapi pekerjaan rumah besar. Tanpa konsolidasi dan penguatan struktur yang menyeluruh, dinamika senyap ini berpotensi berkembang menjadi tantangan elektoral nyata di masa depan.