Inovasi Guru Besar UB: Teh Daun Kopi, Minuman Segudang Manfaat
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Dede Nana
05 - Sep - 2025, 07:08
JATIMTIMES - Daun kopi kerap dipandang sebelah mata dibandingkan biji kopi. Padahal, daun kopi juga menyimpan potensi besar untuk kesehatan. Melalui riset panjang, Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Prof. Kiki Fibrianto, STP, MPhil, PhD, menemukan bahwa daun kopi mengandung asam gamma amino butirat (GABA).
Zat ini berfungsi sebagai neurotransmitter alami yang mampu menekan hormon kortisol, sehingga tubuh terasa lebih rileks dan tenang. “GABA ini yang membuat seseorang bisa merasa rileks setelah minum teh daun kopi. Efeknya mulai terasa sekitar 30 menit setelah diminum,” jelas Prof. Kiki saat diwawancarai, Jumat (5/9/2025).
Baca Juga : Utamakan Kualitas Bangunan, Puguh DPRD Jatim Kawal Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni
Kandungan kafein teh daun kopi juga jauh lebih rendah dibandingkan teh hijau, apalagi kopi. Hal ini membuatnya lebih aman dikonsumsi tanpa menimbulkan rasa gelisah berlebihan.
Selain GABA, menurut Prof. Kiki, daun kopi juga memiliki senyawa aromatik spesifik seperti sulfon, benil, nezuline, dan hetanoan yang berkontribusi pada efek menenangkan. “Senyawa ini hanya ditemukan pada daun kopi, dan inilah yang membuatnya unik,” tambahnya.
Hasil penelitian tersebut kini telah diwujudkan dalam produk komersial bernama Tedako, teh daun kopi asli Malang Selatan. Meski branding utamanya difokuskan pada efek relaksasi, Prof. Kiki mengungkapkan bahwa manfaat teh daun kopi lebih luas.
“Selain relaksasi, riset kami menunjukkan potensinya sebagai anti-diabetes dan juga membantu meluruhkan batu ginjal. Namun untuk kepentingan komersial, Tedako diposisikan sebagai minuman penyegar alami,” jelasnya.
Uniknya, penelitian ini juga mengandalkan teknologi Convolutional Neural Network (CNN) untuk mengukur tingkat relaksasi. Tim Prof. Kiki memanfaatkan kamera untuk memindai ekspresi wajah ribuan responden. Data tersebut kemudian diolah untuk menilai perubahan ekspresi setelah mengonsumsi teh daun kopi.
“Setiap orang punya variasi senyum dan ekspresi. Dengan koordinat wajah yang dipetakan dalam database, kami bisa memastikan secara objektif apakah seseorang benar-benar merasa rileks,” tutur Prof. Kiki.
Tak berhenti pada produk teh seduhan, Prof. Kiki dan timnya tengah mengembangkan varian lain berbasis daun kopi, mulai dari teh instan, bubuk, hingga kosmetik untuk perawatan kulit.
Baca Juga : Wujudkan Kota Bebas Popok, Pemkot Surabaya Edukasi Manfaat Popok Kain
Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mereka juga mendorong pengembangan wellness tourism, konsep wisata kesehatan yang memanfaatkan teh daun kopi sebagai bagian dari pengalaman relaksasi.
“Harapan kami, produk ini tidak hanya dikenal sebagai minuman, tapi juga bisa mendukung pariwisata sehat yang menenangkan dan menyehatkan,” kata Prof. Kiki.
Proses produksi teh daun kopi ini telah memperoleh sertifikat paten dan sertifikasi resmi, sehingga kualitas dan keamanannya terjamin. Hingga kini, tidak ditemukan efek samping berarti selama dikonsumsi secara moderat.
Dengan kombinasi sains, inovasi, dan nilai tradisional, teh daun kopi hadir sebagai terobosan dari Malang untuk dunia: minuman sehat, rendah kafein, kaya manfaat, dan siap bersaing di pasar herbal global.