Kisah Abu Hurairah dan Seorang Muslimah yang Menyesal
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
16 - Mar - 2025, 10:21
JATIMTIMES - Malam yang tenang menyelimuti Madinah di saat semua orang telah kembali ke rumah masing-masing. Suasana di pelataran Masjid Nabawi pun tampak sunyi. Hanya ada beberapa orang yang tinggal di sana, salah satunya adalah Abu Hurairah, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ia dikenal sebagai ahli shuffah, kelompok orang yang tinggal di pelataran masjid karena tidak memiliki rumah permanen di Madinah. Malam itu, ia duduk menikmati ketenangan, seolah terlarut dalam heningnya malam.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Film Anak yang Cocok Ditonton Saat Akhir Pekan Ramadan
Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, seorang wanita bercadar memanggilnya. Abu Hurairah yang merasa terpanggil untuk membantu, mendekati wanita tersebut. Wanita itu tampak ragu, seolah sedang mencari keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang berat.
“Apakah saya bisa bertobat? Apakah Allah akan menerima tobat saya?” tanya si wanita dengan suara gemetar.
Abu Hurairah, yang sering menjadi tempat bertanya bagi kaum Muslimin yang tidak sempat mengikuti majelis Nabi, langsung menyelidiki lebih jauh. Si wanita kemudian mengungkapkan sebuah pengakuan yang mengguncang hatinya.
“Aku telah berzina dan membunuh anakku, hasil dari hubungan haram itu,” tutur wanita tersebut dengan air mata yang tak tertahankan.
Mendengar pengakuan tersebut, wajah Abu Hurairah berubah pucat. Ia terkejut dan merasa hancur hati mendengar tindakan mengerikan yang dilakukan oleh wanita itu. Tanpa berpikir panjang, Abu Hurairah memberi fatwa keras.
“Binasalah engkau! Binasalah engkau! Demi Allah, Anda tidak akan diampuni,” ujarnya dengan penuh emosi.
Setelah pertemuan itu, sang wanita pergi dengan hati yang dipenuhi rasa takut. Sementara itu, Abu Hurairah merasa gelisah. Ia menyadari bahwa fatwa yang baru saja ia keluarkan mungkin salah, karena ia tidak mengonsultasikannya terlebih dahulu kepada Rasulullah SAW.
Keesokan harinya, Abu Hurairah langsung menemui Nabi Muhammad SAW untuk meminta penjelasan mengenai kejadian semalam. Rasulullah SAW dengan sabar mendengarkan cerita sahabatnya dan mengingatkan tentang pentingnya kehati-hatian dalam memberikan fatwa. Beliau mengutip ayat dari Surah al-Furqan yang menunjukkan bahwa setiap dosa, bahkan dosa besar sekalipun, bisa diampuni oleh Allah jika seseorang bertobat dengan sungguh-sungguh.
Baca Juga : Cara Cerdas Padu-Padankan Pakaian dari Ahlinya: Aktris hingga Desainer
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," kata Rasulullah SAW. “Demi Allah, engkau bisa celaka, Abu Hurairah. Tidakkah engkau ingat akan ayat ini?”
Rasulullah kemudian membacakan ayat Al-Qur'an yang menggambarkan bahwa orang yang melakukan dosa besar namun bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, maka kejahatannya akan diganti oleh Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (QS. al-Furqan: 68-70).
Mendengar itu, Abu Hurairah merasa sangat bersalah. Ia beristighfar dan merasa wajib meminta maaf kepada wanita tersebut, serta mengabarkan bahwa Allah SWT menerima tobat orang-orang yang benar-benar menyesal. Tanpa membuang waktu, ia berkeliling di seluruh kota Madinah, mencari keberadaan wanita yang ia temui semalam. Meski beberapa waktu berlalu, usaha Abu Hurairah belum juga membuahkan hasil.
Namun, malam kembali tiba dan takdir Allah mempertemukan mereka lagi di tempat yang sama. Dengan penuh rasa penyesalan, Abu Hurairah langsung meminta maaf dan menyampaikan kabar gembira dari Rasulullah SAW.
Si wanita yang telah merasa dihantui rasa bersalah dan takut akan azab Allah, kini terlihat lega. Ia menangis haru, merasakan kedamaian yang telah lama hilang. Sebagai tanda syukur atas pengampunan Allah, wanita itu memutuskan untuk menyedekahkan sebidang kebun untuk kepentingan syiar Islam.
