MALANGTIMES - Gempa bumi berkekuatan 6,2 Skala Richter yang terjadi pada Rabu malam (16/11/2016) sekitar pukul 22.10 WIB sontak mengguncang Malang Raya. Walau tidak berpotensi Tsunami, masyarakat sempat panik.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Pasca gempa bumi di Malang Raya, berbagai media sosial dibanjiri status. Netizen beramai-ramai menulis status, pasang foto bahkan mengunggah video pengalaman mereka merasakan guncangan gempa.
Perilaku masyarakat modern yang doyan update status peristiwa alam ini mengundang Pakar Komunikasi Universitas Brawijaya Malang, Anang Sudjoko angkat bicara. Menurutnya, penyebaran informasi terkait kejadian alam harus dilakukan dengan bijak.
"Individu di era sekarang sudah seperti media massa. Oleh sebab itu, literasi perlu terus diasah agar masyarakat kita tidak begitu saja menyebarkan informasi apalagi yang berkaitan dengan kejadian alam," tutur Anang saat dihubungi MalangTIMES, pada Kamis (17/11/2016).
Di era teknologi informasi ini, masyarakat hendaknya tidak serta merta percaya pada informasi terutama terkait peristiwa alam seperti gempa bumi. Anang menyebut apabila masyarakat tidak menyaring informasi dengan benar, dikhawatirkan justru malah memancing keresahan.
Baca Juga : Hingga Pertengahan April, 4 Kali Tanah Longsor Terjadi di Kota Batu
Kemunculan berita hoax atau berita palsu salah satunya adalah peran pengguna media sosial tidak bertanggungjawab.
"Pastikan dulu siapa yang menyampaikan informasi tersebut. Siapa dan medianya apa. Dan kutipan di media itu pun harus dapat dipertanggungjawabkan yang dalam hal ini harus dari BMKG," jelas Anang.
Untuk itulah, Anang beranggapan bahwa media online mainstream harus turut berpartisipasi dalam upaya memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat. (*)