JATIMTIMES - Idul Fitri, memang kerap kali disebut "Lebaran" oleh masyarakat Indonesia. Istilah ini bahkan sudah mengakar dan menjadi istilah yang familiar di kalangan masyarakat. Lantas, bagaimana sejarah kata Lebaran itu? dan bagaimana istilah lebaran biasa berkaitan dengan Idul Fitri?
Prof Endang Aminudin Aziz, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjelaskan, jika penggunaan kata Lebaran tidak hanya terbatas pada masyarakat muslim. Bahkan kata lebaran sejatinya telah sejak dahulu digunakan.
Terdapat banyak versi mengenai asal-usul istilah Lebaran ini. Salah satu yang berkembang adalah di daerah Jawa, di mana terdapat Bahasa Kawi yang bermakna tuntas atau selesai.
Kata Lebaran ini sendiri mengalami penyempitan, dimana dimaknai selesainya puasa yang dilakukan selama 29 sampai 30 hari yang kemudian dirayakan dengan Idul Fitri.
Selain itu, makna tersebut berkaitan juga dengan kebiasaan orang Hindu usai melakukan Upawasa. Upawasa berkaitan dengan menahan lapar dan dahaga usai tradisi Hindu. Tradisi Upawasa ini merupakan akar kata puasa dalam bahasa Indonesia yang telah mengalami perubahan morfologis.
"Upawasa ini diakhiri dengan sebuah perayaan. Ini merupakan simbol menyelesaikan tugas dalam melaksanakan tradisi tersebut. Dan inilah yang kemudian disebut Lebaran," tuturnya, dilansir dari detik.
Bukan hanya itu saja, kata Lebaran disampaikannya juga terdapat yang berasal dari daerah lain. Lebaran dari bahasa Jawa Kuno berarti tuntas atau tidak terdapat tuntutan. Sama halnya dalam bahasa Sunda, Lebaran juga mempunyai makna selesai.
"Ada juga lebur yang artinya hancur. Merujuk pada hancurnya dosa-dosa setelah puasa," pungkasnya.