JATIMTIMES - Di Indonesia keberadaan masjid yang menjadi tempat ibadah bagi umat muslim sangat banyak dijumpai. Tentu saja hal tersebut karena mayoritas masyarakat Indonesia merupakan umat muslim.
Masjid yang berdiri di berbagai daerah tentunya juga memiliki sejarahnya masing-masing. Bahkan mungkin juga ada masjid yang memiliki gaya bangunan berdasarkan kultur dan budaya di masing-masing daerah. Salah satunya adalah Masjid Fathul Bari yang terletak di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.
Masjid ini berdiri sejak sekitar 1945. Menariknya, di usia bangunan yang sudak sekitar 77 tahun tidak ada perubahan struktur bangunan pada masjid tersebut. Nuansa arsitektur kuno bergaya Timur Tengah itu masih tampak kental pada masjid berukuran sekitar 20×20 meter itu. Pilar-pilar pun tampak orisinil, apalagi ditambah dengan aksen menggunakan lantai berbahan marmer kuno.
Konon katanya, sebelum banyak ditemui bangunan masjid, Masjid Fathul Bahri merupakan satu-satunya masjid yang termegah di sekitar kawasan Gondanglegi dan Pagelaran.
"Saat itu, di kawasan sini juga masih jarang ada masjid. Di Desa Karangsuko, Pagelaran dan Desa Sukosari, Gondanglegi hanya ada satu masjid ini," ujar juru kunci Masjid Fathul Bahri, Qibtiyah.
Qibtiyah menjelaskan, masjid tersebut dulunya dibangun oleh seorang dermawan setempat bernama H. Fathul Bari. Biayanya menggunakan dana pribadi. Untuk kegiatan peribadatan dipimpin tokoh agama setempat, KH. Latifi bin Baidowi.
"Sedangkan kegiatan pengajian diampu oleh anak H Fathul Bari, H Jufri," imbuh Qibtiyah.
Hal yang juga dinilai menarik adalah fakta bahwa salah satu tujuan masjid itu dibangun adalah untuk membangkitkan umat muslim di kawasan Desa Karangsuko dan Desa Sukosari. Sebab menurutnya, warga di dua desa ini dulunya disebut banyak yang enggan salat dan belajar agama Islam, meskipun mayoritas warga beragama Islam.
"Sebaliknya, warga-warga di sini sukanya berjudi dan melakukan maksiat," katanya.
Seiring berjalannya waktu, peribadatan masjid yang sehari-harinya dipimpin oleh KH. Latifi dan pengajian yang diampu oleh H Jufri mulai menarik minat masyarakat. "Warga-warga di sini yang dulunya tidak pernah salat, mulai rajin. Berikut pemuda-pemuda di sini juga semakin lama semakin rajin mengaji," terangnya.
Kini, berkat masjid itu warga sekitar semakin taat beragama. Banyak pemuda-pemuda di Desa Karangsuko, Pagelaran dan Desa Sukosari, Gondanglegi berstatus santri.
"Pemuda-pemuda di sini banyak nyantri-nyantri pondok-pondok Pesantren ternama di Indonesia. Kemudian ketika pulang ke sini mereka mengajar di lembaga-lembaga sekolah sekitar sini," pungkasnya.